14 March 2015

Sajak yang tak Sengaja



Sajak Tak Sengaja

Aku bagaikan berlayar dengan terpaan ombak nan datar diwaktu ini
Namun entah dihari selanjutnya,
Apakah terpaan ombak itu akan berubah menjadi sangat besar
Kemudian berharaplah, bahwa terpaan itu akan membawamu pada keindahan yang kau nantikan
Harapan sang pujangga, mentari takkan lelah mengiringi pijakan suci mimpi – mimpi yang telah  rapi tersusun dalam ingatan dan putihnya kertas
Ilahi Robbi yang selalu memberkahi niat tulus nan ikhlas
Dibalik pujangga mentari bersinar yang tersenyum
Berbisiklah angin yang menghembuskan bisikan – bisikan suara surga
Dalam naunganMu ku sebrsimpuh dan mengaharapkan ridhoNya
Dalam simpuhku selalu tuk selipkan nada-nada do’a yang akan menghantarkan goresan-goresan mimpi ini keatas singgahsana bahagia
Singgahsana yang menanti kedatanganku dalam segenap cintanNya
Memberikan sentuhan hangat pada hati yang membeku
Melelehkan karang yang membatu
Hingga pada akhirnya aku tersenyum dalam arti yang sebenarnya senyuman
Senyum, sebuah senyuman yang tak akan ada gantinya ketika mereka telah merasakan hasil tetesan mutuara dati dalam hati sebuat perjuangan yang dinantikan oleh hati yang suci.
Tetesan air mata yang membalut dalam, berisi syair – syair merdu surga yang menentramkan hati
Membawa ribuan untaian kisah menusia merangkumnya dalam sebuah kalimat dan menjadikannya nyata, akhirat….
Untaian kata tidak terangkai
Namun untaian kata itu menyeruak begitu saja dalam pikiran dan tertorehkan dalam tulisan
Sebuah goresan pena yang tak sengaja menciptakan alunan syair yang mengiringi sebuah titian perjalanan menuju puncak mentari,
Merajut sebuah api yang takkan pernah padam
Meski alunan angin berdawai terkadang menerpa
Terkadang asa menutup mata akan keadaan yang sebenarnya indah
Dan, mata begaikan anak panah yang runcing
Yang menembus perisai baja lingkartan dosa-dosa
Sekejap namun  tumpahan sesal bagaikan hujan yang turun tak henti menerpa insan piluh.

creat by :
Rossy Arrahman & Mohammad Zainul Mifta