MAKALAH
Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga
Melalui Program Pendidikan
Ketrampilan Menjahit
OLEH:
NAMA : WAHYU
SETYORINI
KELAS : PLS 2013- B
NIM : 131034046
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN/
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEMESTER GASAL
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Pemberdayaan Ibu
Rumah Tangga melalui Pendidikan Ketrampilan Menjahit” dengan lancar.
Meskipun
selama penyusunan makalah banyak menghadapi kesulitan, namun berkat usaha yang
keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini merupakan hasil dari penerapan metode penggalian data yang meliputi wawancara,
observasi, kuesioner, dan dokumentasi.Sehingga hasilnya merupakan fakta- fakta
yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar kita.
Akhir
kata, penulis mengharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa
dalam menghadapi dunia kerja dan dalam proses pembelajaran pemberian pendidikan
pada masyarakat. Kepada pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini, sangat
penulis harapkan.
Surabaya,
5 November 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I ( PENDAHULUAN ) ............................................................................................. 4
1.1
Latar belakang............................................................................................ 4
1.2
Rumusan masalah........................................................................................ 4
1.3
Tujuan makalah........................................................................................... 5
BAB II ( PEMBAHASAN ) ....................................................................................6
2.1
Pengertian
menjahit...................................................................................... 6
2.2
Alasan memilih
pendidikan ketrampilan menjahit........................................... 7
2.3
Proses pemberian pendidikan
ketrampilan menjahit...................................... 7
2.4
Resiko dan
kendala selama pendidikan ketrampilan menjahit........................ 8
BAB III ( PENUTUP ) ...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11
LAMPIRAN..................................................................................................................... 12
1.
Hasil Observasi ......................................................................................... 12
2.
Hasil Kuesioner ..........................................................................................13
3.
Hasil Wawancara....................................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Selama
ini kita memandang pekerjaan yang dilakukan para ibu rumah tangga yang
ditinggal suaminya bekerja adalah berbincang- bincang dengan para ibu rumah
tangga lain yang memunyai keadaan yang sama- sama ditinggal suaminya bekerja,
dimana sesuatu yang diperbincangkan tidak ada manfaatnya bagi mereka, maupun bagi orang lain. Suatu
keadaan yang tidak produktif dan menyia- nyiakan waktu luang.Seharusnya mereka
melakukan hal- hal yang bermanfaat dan yang bisa menambah pendapatan ekonomi
mereka, dan waktu luang mereka tidak terbuang dengan sia- sia.
Melihat
keadaan seperti itu, perlu diadakannya pemberdayaan bagi para ibu rumah tangga melalui
pendidikan ketrampilan dan pelatihan,
agar kegiatan yang dilakukan mereka produktif dan bisa menghasilkan pendapatan
ekonomi sendiri, tidak menggantungkan nafkah dari suaminya.Program pendidikan ketrampilan dan pelatihan
membekali warga belajar dengan ketrampilan dan keahlian yang menyiapkan mereka untuk
siap mandiri ataupun masuk kedalam dunia kerja.
Setelah dilakukan beberapa metode pencarian informasi, pendidikan
ketrampilan dan pelatihanyang
cocok bagi para ibu rumah tangga adalah menjahit.Mengapa menjahit?karena
menjahit adalah kegiatan produktif yang bisa dilakukan di rumah dan para ibu
masih bisa melakukan kegiatan rumah tangga, selain itu kegiatan menjahit tidak
membutuhkan ruangan yang luas untuk tempat mesinnya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan
pada latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa sebenarnya
kegiatan menjahit itu?
2.
Apa alasan
kegiatan menjahit menjadi alternatif untuk menambah pendapatan ekonomi dan
memanfaatkan waktu luang para ibu rumah tangga?
3.
Bagaimana
proses pemberian pendidikan ketrampilan menjahit kepada
para ibu rumah tangga berlangsung?
4.
Apa kendala dan
resiko selama pemberian pendidikan ketrampilan menjahit kepada
para ibu rumah tangga?
1.3 Tujuan makalah
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk memberikan
wawasan mengenai proses pendidikan ketrampilan menjahit, dan pelatihan untuk menambah
pendapatan ekonomi,
2.
Untuk mengetahui
resiko dan kendala yang mungkin terjadi ketika proses pendidikan ketrampilan
menjahit berlangsung,
3.
Untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang terampil dan ahli khususnya di bidang
menjahit,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
menjahit
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulitbinatang, pepagan, dan
bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang. Menjahit
dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. Orang yang
bekerja menjahit pakaian disebut penjahit. Penjahit pakaian pria
disebut tailor, sedangkan
penjahit pakaian wanita disebut modiste. Pendidikan menjahit dapat diperoleh
di kursus menjahit atau sekolah mode.
Produk jahit-menjahit dapat berupa pakaian, tirai, kasur, seprai, taplak, kain pelapis mebel, dan kain
pelapis jok. Benda-benda
lain yang dijahit misalnya layar, bendera, tenda, sepatu, tas, dan sampul buku.
Menjahit sebagian besar dilakukan memakai mesin jahit. Di rumah, orang
menjahit memakai jarum tangan atau mesin jahit. Pekerjaan ringan yang
melibatkan jahit-menjahit di rumah misalnya membetulkan jahitan yang terlepas,
menisik pakaian, atau memasang kancing yang terlepas. Sebagai seni kriya, orang menjahit untuk membuat saputangan, serbet, bordir,
hingga boneka isi dan kerajinan
perca.
Pekerjaan menjahit
pakaian terdiri dari tahap :
1.
Pembuatan pola
Dalam istilah
desain busana, pola adalah bagian-bagian pakaian yang dibuat dari kertas untuk dijiplak ke atas kain sebelum kain digunting dan
dijahit. Pola dasar dibuat berdasarkan model pakaian, dan ukurannya disesuaikan
dengan ukuran badan pemakai. Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar:
konstruksi datar yang menggambar pola di atas kertas dengan memakai pengukuran-pengukuran yang akurat, dan
konstruksi padat (pola draping) yang membuat pola memakai kain muslin atau belacu di atas boneka
jahit. Metode menggambar
pola sesuai nama pencipta metode, misalnya Dressmaking dan So-En dari Jepang, atau Danckaerts dan Cuppens Geurs dari Belanda. Majalah wanita juga sering memuat pola siap pakai (pola
jadi) berikut instruksi cara menjahitnya.
2.
Pemotongan bahan
Setelah pola
disematkan ke kain dengan jarum pentul, kain digunting sesuai pola yang dijadikan contoh. Dalam
produksi pakaian secara massal, kain dipotong dengan mesin potong. Sebelum pola
dilepas dari bahan, garis-garis dan tanda-tanda pada pola dijiplak ke atas kain
dengan bantuan rader, karbon jahit, dan kapur jahit.
3.
Pekerjaan menjahit
Setelah kain
digunting, potongan kain disambung dengan memakai jarum tangan atau mesin
jahit. Dalam menjahit dikenal sejumlah teknik jahitan, misalnya tusuk balik (setik balik), tusuk rantai, dan tusuk tangkai. Selain itu dikenal jahitan kampuh untuk menyambung dua
helai kain menjadi satu, dan teknik menjahit kelim. Walaupun jahitan mesin
lebih rapi daripada jahitan tangan, tidak semua teknik jahitan dapat dilakukan
dengan mesin. Setelah pakaian selesai dijahit, bagian tepi kampuh yang bertiras
dirapikan dengan mesin obras agar benang-benang kain tidak terlepas.
4.
Penyelesaian akhir
Setelah selesai,
pakaian sering perlu dilicinkan dengan setrika di atas papan setrika. Penyetrikaan bagian-bagian yang sulit seperti lengan
baju dilakukan dengan bantuan bantal setrika.
Alat yang
digunakan untuk menjahit antara lain: benang,
gunting,
jarum pentul,
jarum
jahit, bantalan, jarum,
mesin
jahit, spul,
pendedel (pembuka jahitan), bidal (topi jari), sekoci,
sepatu jahit,
mesin obras,
mesin
rumah kancing, mesin
pasang kancing, mesin som,
dan mesin plisket.
2.2
Alasan
memilih pendidikan ketrampilan menjahit
Menjahit adalah kegiatan produktif yang
membutuhkan pelatihan yang rutin dengan waktu yang cukup singkat, sehingga para
ibu rumah tangga mampu memanfaatkan waktu luangnya untuk hal yang bermanfaat.Para
ibu rumah tangga diupayakan agar serius dalam melakukan pendidikan
keterampilannya menjahit, sehingga ketika mereka telah mampu menguasai
ketrampilan menjahit, mereka mampu membuka usaha jasa menjahit.Untuk membuka
usaha jasa menjahit tidak membutuhkan modal yang besar, modalnya hanyalah
peralatan untuk menjahit yang harganya relatif terjangkau dan keahlian menjahit
serta kepercayaan diri akan hasil yang diperoleh dari jasa menjahit. Kegiatan
menjahit bisa dilaksanakan di rumah, dan bisa disambi dengan kegiatan rumah
tangga lainnya misalnya mencuci, memasak, mengurus anak dan sebagainya.
2.3
Proses
pemberian pendidikan ketrampilan menjahit
Ketika akan melakukan suatu pendidikan
ketrampilan dan keahlian menjahit, banyak hal yang harus dilakukandan harus
dipenuhi oleh pelaku pendidikan
nonformal.Suatu pertimbangan yang cukup matang, apabila ingin melakukan
suatu kegiatan pemberian pendidikan dan keterampilan menjahit kepada ibu rumah
tangga.Proses dari pemberian pendidikan ketrampilan menjahit mulai dari pendirian
suatu pendidikan , kemudian persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pendidikan
hingga hasil akhir/ evaluasi membutuhkan tenaga, fikiran, biaya dan waktu yang
cukup lama.
Hal pertama yang dilakukan sebelum
pemberian pendidikan dan ketrampilan menjahit kepada para ibu rumah tangga,
adalah perolehan akreditasi program pendidikan dan ketrampilan menjahitkepada Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Non
Formal (BAN-PNF). Salah satu tugas pokok dan fungsi Badan Akreditasi
Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF)
adalah melaksanakan akreditasi terhadap satuan pendidikan (lembaga) dan/atau
program pendidikan non fomal.Akreditasi ini dilakukan untuk menilai kelayakan
satuan pendidikan dan/atau program pendidikan non formal. Untuk menilai
kelayakan tersebut perlu disusun suatu instrumen akreditasi yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, yang mencakup 8 komponen
yaitu: (1) Standar Isi, (2)
Standar Proses, (3) Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar
Sarana dan Prasarana, (6) Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan,
dan (8) Standar Penilaian.
Proses pelaksanaan pemberian pendidikan
ketrampilan menjahit mengarah kepada sasarannya yaitu ibu rumah tangga, dimana
mereka sudah di tingkat orang dewasa. Pendidikan kepada orang dewasa berbeda
dengan pendidikan kepada anak- anak atau remaja.Orang dewasa memiliki banyak
pengalaman dan kritis terhadap masalah- masalah kecil yang menimpa
mereka.Sehingga dengan keadaan ibu rumah tangga yang seperti itu, pelatih harus
benar- benar menguasai ketrampilan menjahit dan kreatif dalam memberikan metode
pembelajaran.Bagaimana suatu metode tersebut mampu menarik dan tidak monoton.
Sarana dan prasarana kegiatan pendidikan sebaiknya disediakan oleh pelatih,
karena pelatih lebih mengerti peralatan dan perlengkapan apa yang dibutuhkan
oleh peserta didik. Untuk masalah biaya jasa pendidikan, pelatih
bisabernegoisasidengan peserta didik atau pelatih bisa menawarkan biaya jasa pendidikan
sesuai dan sebanding dengan jasa pendidikan yang pelatih berikan.
Evaluasi dari pemberian pendidikan
ketrampilan menjahit, adalah seberapa besar tingkat dan minat peserta didik
dalam mengaplikasikannya ke dalam kehidupan bermasyarakat guna menambah
pendapatan ekonomi dan memanfaatkan waktu luangnya.
2.4
Resiko
dan kendala selama pendidikan ketrampilan menjahit
Pada dasarnya proses pendidikan ketrampilan dan pelatihanmenjahit adalah
mengembangkan program belajar
yang membekali warga belajar dengan ketrampilan menjahit yang menyiapkan mereka untuk
siap mandiri ataupun masuk kedalam dunia kerja. Dalam prosesnya pelatih menggunakan
beberapa metode. Jika pelatih salah dalam menentukan metode yang digunakan maka
pendidikan ketrampilan dan pelatihan yang
dilaksanakan bisa jadi akan gagal.
Ditemukan fakta bahwa banyak sekali warga belajar yang
tidak memiliki minat, perhatian, keingintahuan bahkan bersikap acuh ketika
berlangsung proses pemberian
materi pendidikan ketrampilan dan pelatihan, dalam hal ini
ketika berlangsung kegiatan pengenalan proses menjahit. Ternyata setelah diamati hal ini
dikarenakan metode yang digunakan oleh pelatihdalam menyampaikan pembelajaran
tentang proses jahit
menjahit itu kurang tepat.
Metode yang banyak digunakan seringkali adalah metode
bercakap-cakap, ketika ini berlangsung terlihat warga belajar kurang memperhatikan materi yang
diberikan pelatih, bahkan ada yang
tidur atau main handphone. Dari pengamatan awal yang peneliti
lakukan, ditemukan ada 3 faktor yang menyebabkan kurang menariknya materi pendidikan ketrampilan dan pelatihan, antara lain:
1.
Faktor pelatih
Pelatih kurang tepat dalam memilih metode yang digunakan,
seringkali pelatih kurang kreatif, kurang motivasi sehingga terkesan guru malas
untuk menyiapkan media belajar yang dapat mempengaruhi kreativitas, yang dapat
membantu peserta memiliki
pemahaman yang lebih baik dengan tersedianya media yang memadai. Pelatih
enggan, cari mudahnya saja yang penting disampaikan materinya. Metode yang
digunakan hanya bercakap-cakap, perserta hanya disuruh diam mendengarkan dan memperhatikan,
akhirnya warga belajar bosan.Sehingga materi yang seharusnya dapat diserap
belum dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah ditentukan.
2.
Faktor peserta
Dari
pengamatan dapat diamati betapapun banyaknya pengetahuan yang diberikan pelatih
kepada peserta, bila sikapnya masih tertutup untuk melakukan sesuatu yang baru
tanpa meninggalkan sikapnya yang lama maka perubahan perilaku belum dapat
dikatakan berhasil.Ketika pembelajaran berlangsung, ada diantaranya peserta
yang mengantuk, kemudian ada juga yang bermain handphone sendiri.Entah alasan
karena mereka sudah mengetahui dan paham dengan materinya atau karena mereka
sudah jenuh dengan materi yang disampaikan.
Banyak
perserta yang tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri, berani
berusaha atau masuk dunia kerja dengan ketrampilan yang telah mereka
miliki.Mereka kurang memiliki keberanian untuk mencoba hal-hal baru untuk
mengeksploitasi ketrampilan yang telah mereka kuasai untuk dapat menghasilkan
sesuatu produk yang berkualitas dan dapat menghasilkan pendapatan bagi mereka.
3.
Faktor
pemilihan metode pembelajaran
Dengan metode bercakap-cakap warga belajar yang tertarik
dapat diamati hanya sekitar 35 persen. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemberian latihan yang
dilaksanakan tidak berhasil, karena ketersediaan media, alat peraga sangat
kurang dan metode yang dipakai pelatihbersifat monoton dan membosankan.
Hal di atas terjadi karena pembelajaran proses pemberian pendidikan dan pelatihan dirasakan
sulit untuk warga belajar, pelatihkurang kreatif dalam menyampaikan materi
tidak adanya alat peraga. Untuk itu diperlukan suatu metode yang tepat
dalam menyampaikan materi proses peresapan air, yaitu dipilih metode yang
memungkinkan anak bisa mencelupkan diri, menikmati, terlibat langsung,
menyenangkan bagi peserta sehingga mampu meningkatkan minat perhatian anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian
pendidikan keterampilan menjahit bagi para ibu adalah suatu pengembangan, guna
menambah pendapatan ekonomi dan memanfaatkan waktu luang para ibu yang biasanya
mereka isi dengan berbincang- bincang yang kurang bermanfaat dengan
tetangganya. Namun dalam proses untuk dapat memberikan pelatihan keterampilan
menjahit kepada para ibu banyak mengalami resiko dan kendala, yang harus
dipecahkan permasalahannya, agar program pendidikan ketrampilan menjahit bisa
berjalan dengan lancar, dan para ibu mampu mengaplikasikan ketrampilannya dalam
kehidupan sehari- hari secara maksimal.
3.2 Saran
Penulis merasa
makalah ini tidaklah sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun, sangat penulis harapkan, guna kesempurnaan penulisan makalah. Untuk
menambah wawasan lebih kepada pembaca, bisa membaca buku- buku alternatif lain
yang berhubungan dengan menjahit, agar pengetahuan yang didapat tidak setengah-
setengah, tetapi pembaca benar- benar mengerti mengenai proses pendidikan
ketrampilan menjahit kepada para ibu.
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit
2. http://keterampilansikaladi.blogspot.com/2013/07/pengertian-menjahit-dan-menyulam.html
3. www.banpnf.or.id
4. Observasi
kegiatan ibu rumah tangga ketika memunyai waktu luang, pelatih kursus menjahit
dalam memberikan pembelajaran menjahit, peserta didik ketika diberi
pembelajaran menjahit oleh pelatih kursus menjahit
5. Angket
yang diisi oleh ibu rumah tangga
6. Wawancara
kepada pelatih kursus menjahit
LAMPIRAN
1.
Hasil
Observasi
Observasi pada ibu
rumah tangga
Kegiatan
sehari- hari para ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya bekerja ketika
mereka telah menyelesaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga seperti; memasak,
mencuci baju, mencuci piring, mengantar anak ke sekolah dan lain- lain adalah
berkumpul dengan ibu rumah tangga lain menghabiskan waktu luang mereka dengan
membicarakan hal- hal yang kurang bermanfaat. Sungguh hal demikian adalah
kegiatan yang kurang produktif dan sia- sia.Para ibu rumah tangga menganggap
hal demikian adalah suatu hiburan bagi mereka setelah lelah melaksanakan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga untuk melepaskan rasa kelelahan
dengan berkumpul dengan ibu rumah tangga lainnya. Dan ketika mereka telah
merasa puas dengan pembicaraannya, mereka akan pulang dan biasanya dilanjutkan
dengan kegiatan tidur.
Obsevasi pada warga
belajar di kursus menjahit
Tidak
semua peserta didik yang mengikuti kursus menjahit antusias pada
pembelajarannya, ada yang diantaranya mengantuk ketika pembelajarannya,
kemudian ada juga yang bermain handphone sendiri.Entah alasan karena mereka sudah mengetahui dan paham dengan
materinya atau karena mereka sudah jenuh dengan materi yang disampaikan.
Kemudian ketika peserta didik telah
selesai melakukan kursusnya, mereka bukannya mengaktualisasikan ketrampilannya,
tetapi banyak diantara mereka enggan untuk membuka usaha jasa menjahit yang
mampu menambah penghasilan mereka.Menurut pengamatan, banyak alasan peserta
didik mengapa mereka enggan untuk mrmbuka usaha jasa menjahit. Seperti karena
mereka tidak memilki mesin jahit, enggan untuk menghabiskan waktunya dengan
menjahit, karena merasa lebih suka menghabiskan waktu dengan kegiatan lain.
Observasi pada pelatih di kursus menjahit
Pelatih kursus menjahit dalam
memberikan pembelajarannya kebanyakan menggunakan metode bercakap- cakap
sehingga peserta didik terlihat jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Kebanyakan pelatih kursus enggan untuk memberikan metode yang
inovatif, misalnya menerapkan teknologi LCD yang sekarang sedang marak
digunakan dalam proses pembelajaran. Sungguh hal yang disayangkan. Padahal
apabila menerapkan metode seperti yang dicontohkan akan menambah minat peserta
didik untuk menikmati dan memperhatikan proses pembelajaran.
2.
Hasil Kuesioner
Angket
Angket saya sebarkan pada 10 ibu
rumah tangga yang ada di desa saya Ds. Sugihwaras, Kec. Bagor, Kab. Nganjuk.
Dalam pembagian angket, saya memilih ibu rumah tangga dengan syarat mereka bisa
membaca dan menulis, agar saya bisa langsung menjelaskan alasan saya membagikan
angket dan apa kegunaannya, selain itu untuk menghemat waktu dan tenaga. Formangket
sesuai dengan yang saya buat di bawah ini:
ANGKET
1. Kegiatan apa yang sering Anda
lakukan ketika mempunyai waktu luang?
a. Ngrumpi dengan tetangga
b. Tidur
c. Melihat TV
d.
Lain- lain
2. Menurut Anda, apakah kegiatan
tersebut bermanfaat bagi Anda?
a. Ya
b. Tidak
3. Bagaimana pendapat Anda mengenai program
pemberian pendidikan keterampilan
menjahit untuk mengisi waktu luang Anda?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Apabila menjawab Anda “SETUJU”,
kapan waktu agar Anda bisa mengikuti pendidikanketrampilan menjahit?
a. Pagi hari
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
5. Apa yang akan Anda lakukan setelah
mampu menguasai ketrampilan menjahit?
a. Membuka usaha jasa menjahit di rumah
b. Mencari pekerjaan menjadi karyawan
di konveksi
c. Tidak melakukan diantara kedua nya
Nama pengisi : _________________________
Alamat : _________________________
TTd :
_________________________
Hasil angket dalam bentuk diagram
3.
Hasil wawancara
Dalam menentukan narasumber, saya memilih
untuk mewawancarai pelatih kursus menjahit Bu Desi yang beralamatkan di Desa
Sugihwaras, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, dengan alasan untuk memperoleh
data dari pelatih kursus tidak bisa menggunakan metode penggalian data
observasi saja, butuh metode penggalian data wawancara agar data yang saya
peroleh benar- benar sesuai dengan data observasi saya atau sebaliknya.
Pertanyaan yang telah saya ajukan dan jawaban dari narasumber seperti di bawah
ini:
Saya ( Wahyu ) :Assalamualaikum,
Narasumber :Walaikumsalam, ada apa yha? Ada yang bisa saya bantu?
Saya( Wahyu ) :Iyha bu, perkenalkan nama saya Wahyu Setyorini, Saya
mahasiswa Universitas Negeri Surabaya,
Narasumber :Ow, iyha silahkan masuk, dan duduk.
Saya( Wahyu ) :Maaf telah mengganggu waktu Anda, Apakah Anda mempunyai waktu
sekarang?
Narasumber :Iyha, saya mempunyai waktu luang sekarang,?
Saya( Wahyu ) :Apakah benar Anda ini penjahit sekaligus pelatih kursus
menjahit?
Narasumber :Benar, saya ini penjahit sekaligus pelatih kursus
menjahit.
Saya( Wahyu ) :Jadi kedatangan saya disini, saya ingin mewawancarai Anda
mengenai program pendidikan ketrampilan menjahit yang sekarang ini Anda kelola.
Bagaimana awalnya Anda mengelola program ini?
Narasumber :Kegiatan ini bukan saya namakan progam, tetapi lebih
tepatnya adalah usaha mandari atau wirausaha. Jadi awal dari usaha saya ini,
saya merasa kemampuan saya dalam hal menjahit telah melebihi rata- rata.
Kemudian saya berfikiran untuk membuka usaha kursus agar kemampuan saya ini
dimiliki juga oleh orang lain. Kurang lebih seperti itu.
Saya( Wahyu ) :Ow, jadi Anda ini ingin jika orang lain juga mampu melakukan
hal seperti Anda. Sungguh hal yang menarik Bu. Ngomong- ngomong, sudah berapa
lama Anda membuka kuusaha kursus ini?
Narasumber :kurang lebih sudah 1 tahun ini.
Saya ( Wahyu ) :Sudah cukup lama yha berarti.Kemudian
adakah kendala atau resiko pada saat Anda akan memulai usaha membuka kursus
menjahit?
Narasumber :Mengenai kendala sudah pasti ada, jadi hal pertama yang
saya pikirkan itu adalah mengenai modal. Modal membuka kursus itu sebenarnya
murah dan mudah dicari, modalnya hanya beberapa mesin jahit, benang, jarum dan
alat jahit lainnya.Modal ruangan untuk membuka usaha kursus ini juga tidaklah
membutuhkan ruangan yang luas.Namun yang saya pikirkan apakah modal yang saya
keluarkan apakah bisa kembali, dan
menghasilkan laba. Tetapi dengan cepat
saya membuang pikiran itu jauh- jauh, karena itu adalah pikiran orang- orang
yang malas berusaha. Kemudian saya kembali ke tujuan awal saya membuka usaha
kursus menjahit, dimana saya ingin orang lain mampu melakuka hal seperti yang
saya lakukan.
Saya ( Wahyu ) :Memang Anda ini benar- benar berjiwa
wirausaha. Jika orang lainbisa melakukan dan berfikiran seperti Anda mungkin
Indonesia ini akan menjadi Negara maju.
Narasumber :Haha, mbak ini bisa saja.
Saya ( Wahyu ) :Lhow iyha Bu, hehe. Kemudian langkah apa
yang selanjutnya Anda kerjakan menindaklanjuti awal dari usaha Anda tersebut?
Narasumber :Saya ini bisa dibilang orang tua yang gak mau kalah
dengan anak muda, saya memanfaatkan teknologi yang sekarang sedang berkembang
pesatnya seperti internet. Saya nyari di
internet mengenai kebutuhan- kebutuhan apa saja yang saya perlukan untuk
membuka usaha saya ini seperti jika kita ingin membuka usaha kita harus izin
kepada pemerintah, mengenai surat- surat atau format pengajuannya udah
disediakan. Kita tinggal mengisi formatnya sesuai keadaan yang ada.Banyak hal
yang saya lakukan, butuh beberapa tahun untuk memikirkan matang- matang usaha
yang akan saya kelola ini.
Saya ( Wahyu ) :Wah, berarti Anda telah berniat benar ingin
membuka usaha ini. Kemudian bagaimana Anda mengumpulkan peserta didik yang akan
mengikuti kursus menjahit?
Narasumber :Saya kan anggota kumpulan ibu- ibu arisan di desa saya,
jadi saya bisa dengan mudah untuk mengumpulkan peserta didik. Banyak diantara
mereka yang tertarik dengan usaha kursus menjahit.
Saya ( Wahyu ) :Berarti peserta didik Anda banyak
diantaranya adalah anggota arisan dimana mereka adalah teman Anda sendiri.
Narasumber :Iyha, beberapa diantara peserta didik saya adalah teman
saya sendiri, ada juga bukan teman saya,
tetapi anak- anak muda atau ibu- ibu rumah tangga yang ingin mengembangkan
ketrampilan dalam bidang menjahit.
Saya ( Wahyu ) :Ow, jadi seperti itu. Berapa Anda
menawarkan biaya kursus menjahit ini?
Narasumber :Biaya yang saya tawarkan ini tidaklah mahal, relative murah,perbulannya
Rp 50.000,00.
Saya ( Wahyu ) :Cukup murah yha Bu, bagaimana mengenai
jadawal masuknya?
Narasumber :Kalau jadwal masuknya saya sesuaikan dengan jadwal
peserta didik, kapan peserta didik bisa melaksanakan kursus, jadi ketika ada
yang daftar kursus, saya bernegosiasi mengenai jadwal masuknya. Tetapi harus
dikonfirmasikan dengan peserta didik yang lain.
Saya ( Wahyu ) :Kesimpulannya jadi dalam menentukan
jadwal peserta didik, sebelumnya bernegoisasi dulu bersama peserta didik.
Berapa kali pertemuan selama seminggu?
Narasumber :Seminggu saya tentukan 3 kali pertemuan, dan
pembelajaran yang saya harapkan dalam waktu 1 tahun, peserta didik sudah mampu
menjahit dengan teknik yang benar serta hasil jahitan yang baik.
Saya ( Wahyu ) :Pembelajaran bagaimana yang akan Anda
berikan kepada peserta didik?
Narasumber :Saya fokus kan pembelajaran yang saya berikan itu
menjahit pada umumnya, yaitu seperti menjahit baju, celana, rok, dan lain
sebagainya. Agar mereka itu mandiri dan
mampu membuka usaha sendiri di rumah nya masing- masing. Mengenai
teknik- teknik menjahit yang lain itu bisa mereka pelajari sendiri di lain
tempat.
Saya ( Wahyu ) :Anda sebelumnya kan telah menemui kendala
dan resiko pada saat akan membuka usaha kursus menjahit. Kemudian adakah
kendala dan resiko setelah Anda membuka usaha kursus ini, mungkin dalam
kegiatan pembelajaran atau yang lainnya.
Narasumber :Iyha, menurut saya orang dewasa itu cara mengajarnya
lebih sulit, karena mereka sudah memiliki banyak pengalaman dan kritis. Ketika
pembelajaran mereka sering bertanya, mengajar orang dewasa apabila mereka
kurang kreatif, akan memperlambat pembelajaran karena harus dipantau terus
menerus.
Saya ( Wahyu ) :Ow, jadi begitu pengalaman Anda selama
memebrikan kursus menjahit. Cukup menarik dan bisa memberikan motivasi bagi
orang lain. Saya rasa cukup sekian wawancara kali ini.Terima kasih sudah mau
meluangkan waktu Anda untuk saya.
Narasumber :Iyha mbak, sama- sama.
Saya ( Wahyu ) :Semoga kursus ini bisa tetap berjalan
sesuai harapan- harapan ibu. Amin
Narasumber :Amin
Saya ( Wahyu ) :Saya mau pamitan pulang dulu Bu, mungkin
suatu saat kita bisa bertemu lagi.
Narasumber :Saya berharap juga demikian
Saya ( Wahyu ) :Asalamualaikum.
Narasumber :Walaikumsalam.
0 komentar:
Post a Comment