24 December 2013

Pendidikan Masyarakat

MAKALAH
Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga
Melalui Program Pendidikan Ketrampilan Menjahit

OLEH:
NAMA         : WAHYU SETYORINI
KELAS        : PLS 2013- B
NIM             : 131034046

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN/ PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEMESTER GASAL 
2013



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga melalui Pendidikan Ketrampilan Menjahit” dengan lancar.
Meskipun selama penyusunan makalah banyak menghadapi kesulitan, namun berkat usaha yang keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari penerapan metode penggalian data yang meliputi wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi.Sehingga hasilnya merupakan fakta- fakta yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar kita.
Akhir kata, penulis mengharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja dan dalam proses pembelajaran pemberian pendidikan pada masyarakat. Kepada pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun  guna penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.

Surabaya, 5 November 2013




Penulis

 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I ( PENDAHULUAN ) ............................................................................................. 4
1.1              Latar belakang............................................................................................ 4  
1.2              Rumusan masalah........................................................................................ 4  
1.3              Tujuan makalah........................................................................................... 5  
BAB II ( PEMBAHASAN ) ....................................................................................6
2.1              Pengertian menjahit...................................................................................... 6
2.2              Alasan memilih pendidikan ketrampilan menjahit........................................... 7
2.3              Proses pemberian pendidikan ketrampilan menjahit...................................... 7  
2.4              Resiko dan kendala selama pendidikan ketrampilan menjahit........................ 8
BAB III ( PENUTUP ) ...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11
LAMPIRAN.....................................................................................................................  12
1.                  Hasil Observasi ......................................................................................... 12
2.                  Hasil Kuesioner ..........................................................................................13
3.                  Hasil Wawancara....................................................................................... 16




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Selama ini kita memandang pekerjaan yang dilakukan para ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya bekerja adalah berbincang- bincang dengan para ibu rumah tangga lain yang memunyai keadaan yang sama- sama ditinggal suaminya bekerja, dimana sesuatu yang diperbincangkan tidak ada manfaatnya  bagi mereka, maupun bagi orang lain. Suatu keadaan yang tidak produktif dan menyia- nyiakan waktu luang.Seharusnya mereka melakukan hal- hal yang bermanfaat dan yang bisa menambah pendapatan ekonomi mereka, dan waktu luang mereka tidak terbuang dengan sia- sia.
Melihat keadaan seperti itu, perlu diadakannya pemberdayaan bagi para ibu rumah tangga melalui pendidikan ketrampilan dan pelatihan, agar kegiatan yang dilakukan mereka produktif dan bisa menghasilkan pendapatan ekonomi sendiri, tidak menggantungkan nafkah dari suaminya.Program pendidikan ketrampilan dan pelatihan membekali warga belajar dengan ketrampilan dan keahlian yang menyiapkan mereka untuk siap mandiri ataupun masuk kedalam dunia kerja.
Setelah dilakukan beberapa metode pencarian informasi, pendidikan ketrampilan dan pelatihanyang cocok bagi para ibu rumah tangga adalah menjahit.Mengapa menjahit?karena menjahit adalah kegiatan produktif yang bisa dilakukan di rumah dan para ibu masih bisa melakukan kegiatan rumah tangga, selain itu kegiatan menjahit tidak membutuhkan ruangan yang luas untuk tempat mesinnya.

1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa sebenarnya kegiatan menjahit itu?
2.      Apa alasan kegiatan menjahit menjadi alternatif untuk menambah pendapatan ekonomi dan memanfaatkan waktu luang para ibu rumah tangga?
3.      Bagaimana proses pemberian pendidikan ketrampilan menjahit kepada para ibu rumah tangga berlangsung?
4.      Apa kendala dan resiko selama pemberian pendidikan ketrampilan menjahit kepada para ibu rumah tangga?


1.3  Tujuan makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.             Untuk memberikan wawasan mengenai proses pendidikan ketrampilan menjahit, dan pelatihan untuk menambah pendapatan ekonomi,
2.             Untuk mengetahui resiko dan kendala yang mungkin terjadi ketika proses pendidikan ketrampilan menjahit berlangsung,
3.             Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil dan ahli khususnya di bidang menjahit,



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian menjahit
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulitbinatang, pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang. Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. Orang yang bekerja menjahit pakaian disebut penjahit. Penjahit pakaian pria disebut tailor, sedangkan penjahit pakaian wanita disebut modiste. Pendidikan menjahit dapat diperoleh di kursus menjahit atau sekolah mode.
Produk jahit-menjahit dapat berupa pakaian, tirai, kasur, seprai, taplak, kain pelapis mebel, dan kain pelapis jok. Benda-benda lain yang dijahit misalnya layar, bendera, tenda, sepatu, tas, dan sampul buku.
Menjahit sebagian besar dilakukan memakai mesin jahit. Di rumah, orang menjahit memakai jarum tangan atau mesin jahit. Pekerjaan ringan yang melibatkan jahit-menjahit di rumah misalnya membetulkan jahitan yang terlepas, menisik pakaian, atau memasang kancing yang terlepas. Sebagai seni kriya, orang menjahit untuk membuat saputangan, serbet, bordir, hingga boneka isi dan kerajinan perca.
Pekerjaan menjahit pakaian terdiri dari tahap :
1.             Pembuatan pola
Dalam istilah desain busana, pola adalah bagian-bagian pakaian yang dibuat dari kertas untuk dijiplak ke atas kain sebelum kain digunting dan dijahit. Pola dasar dibuat berdasarkan model pakaian, dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran badan pemakai. Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar: konstruksi datar yang menggambar pola di atas kertas dengan memakai pengukuran-pengukuran yang akurat, dan konstruksi padat (pola draping) yang membuat pola memakai kain muslin atau belacu di atas boneka jahit. Metode menggambar pola sesuai nama pencipta metode, misalnya Dressmaking dan So-En dari Jepang, atau Danckaerts dan Cuppens Geurs dari Belanda. Majalah wanita juga sering memuat pola siap pakai (pola jadi) berikut instruksi cara menjahitnya.
2.             Pemotongan bahan
Setelah pola disematkan ke kain dengan jarum pentul, kain digunting sesuai pola yang dijadikan contoh. Dalam produksi pakaian secara massal, kain dipotong dengan mesin potong. Sebelum pola dilepas dari bahan, garis-garis dan tanda-tanda pada pola dijiplak ke atas kain dengan bantuan rader, karbon jahit, dan kapur jahit.
3.             Pekerjaan menjahit
Setelah kain digunting, potongan kain disambung dengan memakai jarum tangan atau mesin jahit. Dalam menjahit dikenal sejumlah teknik jahitan, misalnya tusuk balik (setik balik), tusuk rantai, dan tusuk tangkai. Selain itu dikenal jahitan kampuh untuk menyambung dua helai kain menjadi satu, dan teknik menjahit kelim. Walaupun jahitan mesin lebih rapi daripada jahitan tangan, tidak semua teknik jahitan dapat dilakukan dengan mesin. Setelah pakaian selesai dijahit, bagian tepi kampuh yang bertiras dirapikan dengan mesin obras agar benang-benang kain tidak terlepas.
4.             Penyelesaian akhir
Setelah selesai, pakaian sering perlu dilicinkan dengan setrika di atas papan setrika. Penyetrikaan bagian-bagian yang sulit seperti lengan baju dilakukan dengan bantuan bantal setrika.
Alat yang digunakan untuk menjahit antara lain: benang, gunting, jarum pentul, jarum jahit, bantalan, jarum, mesin jahit, spul, pendedel (pembuka jahitan), bidal (topi jari), sekoci, sepatu jahit, mesin obras, mesin rumah kancing, mesin pasang kancing, mesin som, dan mesin plisket.

2.2    Alasan memilih pendidikan ketrampilan menjahit
Menjahit adalah kegiatan produktif yang membutuhkan pelatihan yang rutin dengan waktu yang cukup singkat, sehingga para ibu rumah tangga mampu memanfaatkan waktu luangnya untuk hal yang bermanfaat.Para ibu rumah tangga diupayakan agar serius dalam melakukan pendidikan keterampilannya menjahit, sehingga ketika mereka telah mampu menguasai ketrampilan menjahit, mereka mampu membuka usaha jasa menjahit.Untuk membuka usaha jasa menjahit tidak membutuhkan modal yang besar, modalnya hanyalah peralatan untuk menjahit yang harganya relatif terjangkau dan keahlian menjahit serta kepercayaan diri akan hasil yang diperoleh dari jasa menjahit. Kegiatan menjahit bisa dilaksanakan di rumah, dan bisa disambi dengan kegiatan rumah tangga lainnya misalnya mencuci, memasak, mengurus anak dan sebagainya.

2.3    Proses pemberian pendidikan ketrampilan menjahit
Ketika akan melakukan suatu pendidikan ketrampilan dan keahlian menjahit, banyak hal yang harus dilakukandan harus dipenuhi oleh pelaku pendidikan  nonformal.Suatu pertimbangan yang cukup matang, apabila ingin melakukan suatu kegiatan pemberian pendidikan dan keterampilan menjahit kepada ibu rumah tangga.Proses dari pemberian pendidikan ketrampilan menjahit mulai dari pendirian suatu pendidikan , kemudian persiapan pelaksanaan, pelaksanaan pendidikan hingga hasil akhir/ evaluasi membutuhkan tenaga, fikiran, biaya dan waktu yang cukup lama.
Hal pertama yang dilakukan sebelum pemberian pendidikan dan ketrampilan menjahit kepada para ibu rumah tangga, adalah perolehan akreditasi program pendidikan dan ketrampilan menjahitkepada Badan Akreditasi Nasional  Pendidikan Non Formal (BAN-PNF). Salah satu tugas pokok dan fungsi Badan Akreditasi Nasional  Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) adalah melaksanakan akreditasi terhadap satuan pendidikan (lembaga) dan/atau program pendidikan non fomal.Akreditasi ini dilakukan untuk menilai kelayakan satuan pendidikan dan/atau program pendidikan non formal. Untuk menilai kelayakan tersebut perlu disusun suatu instrumen akreditasi yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, yang mencakup 8 komponen yaitu: (1)  Standar  Isi, (2)  Standar  Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan (SKL), (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5)  Standar  Sarana dan  Prasarana, (6)  Standar  Pengelolaan, (7)  Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian.
Proses pelaksanaan pemberian pendidikan ketrampilan menjahit mengarah kepada sasarannya yaitu ibu rumah tangga, dimana mereka sudah di tingkat orang dewasa. Pendidikan kepada orang dewasa berbeda dengan pendidikan kepada anak- anak atau remaja.Orang dewasa memiliki banyak pengalaman dan kritis terhadap masalah- masalah kecil yang menimpa mereka.Sehingga dengan keadaan ibu rumah tangga yang seperti itu, pelatih harus benar- benar menguasai ketrampilan menjahit dan kreatif dalam memberikan metode pembelajaran.Bagaimana suatu metode tersebut mampu menarik dan tidak monoton. Sarana dan prasarana kegiatan pendidikan sebaiknya disediakan oleh pelatih, karena pelatih lebih mengerti peralatan dan perlengkapan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Untuk masalah biaya jasa pendidikan, pelatih bisabernegoisasidengan peserta didik atau pelatih bisa menawarkan biaya jasa pendidikan sesuai dan sebanding dengan jasa pendidikan yang pelatih berikan.
Evaluasi dari pemberian pendidikan ketrampilan menjahit, adalah seberapa besar tingkat dan minat peserta didik dalam mengaplikasikannya ke dalam kehidupan bermasyarakat guna menambah pendapatan ekonomi dan memanfaatkan waktu luangnya.

2.4    Resiko dan kendala selama pendidikan ketrampilan menjahit
Pada dasarnya proses pendidikan ketrampilan dan pelatihanmenjahit adalah mengembangkan program belajar yang membekali warga belajar dengan ketrampilan menjahit yang menyiapkan mereka untuk siap mandiri ataupun masuk kedalam dunia kerja. Dalam prosesnya pelatih menggunakan beberapa metode. Jika pelatih salah dalam menentukan metode yang digunakan maka pendidikan ketrampilan dan pelatihan yang dilaksanakan bisa jadi akan gagal.
Ditemukan fakta bahwa banyak sekali warga belajar yang tidak memiliki minat, perhatian, keingintahuan bahkan bersikap acuh ketika berlangsung proses pemberian materi pendidikan ketrampilan dan pelatihan, dalam hal ini ketika berlangsung kegiatan pengenalan proses menjahit. Ternyata setelah diamati hal ini dikarenakan metode yang digunakan oleh pelatihdalam menyampaikan pembelajaran tentang proses jahit menjahit  itu kurang tepat.
Metode yang banyak digunakan seringkali adalah metode bercakap-cakap, ketika ini berlangsung terlihat warga belajar kurang memperhatikan materi yang diberikan pelatih, bahkan ada yang tidur atau main handphone. Dari pengamatan awal yang peneliti lakukan, ditemukan ada 3 faktor yang menyebabkan kurang menariknya materi pendidikan ketrampilan dan pelatihan, antara lain:
1.    Faktor pelatih
Pelatih kurang tepat dalam memilih metode yang digunakan, seringkali pelatih kurang kreatif, kurang motivasi sehingga terkesan guru malas untuk menyiapkan media belajar yang dapat mempengaruhi kreativitas, yang dapat membantu peserta memiliki pemahaman yang lebih baik dengan tersedianya media yang memadai. Pelatih enggan, cari mudahnya saja yang penting disampaikan materinya. Metode yang digunakan hanya bercakap-cakap, perserta hanya disuruh diam mendengarkan dan memperhatikan, akhirnya warga belajar bosan.Sehingga materi yang seharusnya dapat diserap belum dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah ditentukan.
2.    Faktor peserta
Dari pengamatan dapat diamati betapapun banyaknya pengetahuan yang diberikan pelatih kepada peserta, bila sikapnya masih tertutup untuk melakukan sesuatu yang baru tanpa meninggalkan sikapnya yang lama maka perubahan perilaku belum dapat dikatakan berhasil.Ketika pembelajaran berlangsung, ada diantaranya peserta yang mengantuk, kemudian ada juga yang bermain handphone sendiri.Entah alasan karena mereka sudah mengetahui dan paham dengan materinya atau karena mereka sudah jenuh dengan materi yang disampaikan.
Banyak perserta yang tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri, berani berusaha atau masuk dunia kerja dengan ketrampilan yang telah mereka miliki.Mereka kurang memiliki keberanian untuk mencoba hal-hal baru untuk mengeksploitasi ketrampilan yang telah mereka kuasai untuk dapat menghasilkan sesuatu produk yang berkualitas dan dapat menghasilkan pendapatan bagi mereka.
3.    Faktor pemilihan metode pembelajaran
Dengan metode bercakap-cakap warga belajar yang tertarik dapat diamati hanya sekitar 35 persen. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemberian latihan yang dilaksanakan tidak berhasil, karena ketersediaan media, alat peraga sangat kurang dan metode yang dipakai pelatihbersifat monoton dan membosankan.
Hal di atas terjadi karena pembelajaran proses pemberian pendidikan dan pelatihan dirasakan sulit untuk warga belajar, pelatihkurang kreatif dalam menyampaikan materi tidak adanya alat peraga. Untuk itu diperlukan suatu  metode yang tepat dalam menyampaikan materi proses peresapan air, yaitu dipilih metode yang memungkinkan anak bisa mencelupkan diri, menikmati, terlibat langsung, menyenangkan bagi peserta sehingga mampu meningkatkan minat perhatian anak.




BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pemberian pendidikan keterampilan menjahit bagi para ibu adalah suatu pengembangan, guna menambah pendapatan ekonomi dan memanfaatkan waktu luang para ibu yang biasanya mereka isi dengan berbincang- bincang yang kurang bermanfaat dengan tetangganya. Namun dalam proses untuk dapat memberikan pelatihan keterampilan menjahit kepada para ibu banyak mengalami resiko dan kendala, yang harus dipecahkan permasalahannya, agar program pendidikan ketrampilan menjahit bisa berjalan dengan lancar, dan para ibu mampu mengaplikasikan ketrampilannya dalam kehidupan sehari- hari secara maksimal.

3.2    Saran
Penulis merasa makalah ini tidaklah sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan, guna kesempurnaan penulisan makalah. Untuk menambah wawasan lebih kepada pembaca, bisa membaca buku- buku alternatif lain yang berhubungan dengan menjahit, agar pengetahuan yang didapat tidak setengah- setengah, tetapi pembaca benar- benar mengerti mengenai proses pendidikan ketrampilan menjahit kepada para ibu.



DAFTAR PUSTAKA

1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit
2.      http://keterampilansikaladi.blogspot.com/2013/07/pengertian-menjahit-dan-menyulam.html
3.      www.banpnf.or.id
4.      Observasi kegiatan ibu rumah tangga ketika memunyai waktu luang, pelatih kursus menjahit dalam memberikan pembelajaran menjahit, peserta didik ketika diberi pembelajaran menjahit oleh pelatih kursus menjahit
5.      Angket yang diisi oleh ibu rumah tangga
6.      Wawancara kepada pelatih kursus menjahit



LAMPIRAN

1.        Hasil Observasi
Observasi pada ibu rumah tangga
Kegiatan sehari- hari para ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya bekerja ketika mereka telah menyelesaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga seperti; memasak, mencuci baju, mencuci piring, mengantar anak ke sekolah dan lain- lain adalah berkumpul dengan ibu rumah tangga lain menghabiskan waktu luang mereka dengan membicarakan hal- hal yang kurang bermanfaat. Sungguh hal demikian adalah kegiatan yang kurang produktif dan sia- sia.Para ibu rumah tangga menganggap hal demikian adalah suatu hiburan bagi mereka setelah lelah melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga untuk melepaskan rasa kelelahan dengan berkumpul dengan ibu rumah tangga lainnya. Dan ketika mereka telah merasa puas dengan pembicaraannya, mereka akan pulang dan biasanya dilanjutkan dengan kegiatan tidur.

Obsevasi pada warga belajar di kursus menjahit
Tidak semua peserta didik yang mengikuti kursus menjahit antusias pada pembelajarannya, ada yang diantaranya mengantuk ketika pembelajarannya, kemudian ada juga yang bermain handphone sendiri.Entah alasan karena mereka sudah mengetahui dan paham dengan materinya atau karena mereka sudah jenuh dengan materi yang disampaikan.
Kemudian ketika peserta didik telah selesai melakukan kursusnya, mereka bukannya mengaktualisasikan ketrampilannya, tetapi banyak diantara mereka enggan untuk membuka usaha jasa menjahit yang mampu menambah penghasilan mereka.Menurut pengamatan, banyak alasan peserta didik mengapa mereka enggan untuk mrmbuka usaha jasa menjahit. Seperti karena mereka tidak memilki mesin jahit, enggan untuk menghabiskan waktunya dengan menjahit, karena merasa lebih suka menghabiskan waktu dengan kegiatan lain.

Observasi pada pelatih di kursus menjahit
Pelatih kursus menjahit dalam memberikan pembelajarannya kebanyakan menggunakan metode bercakap- cakap sehingga peserta didik terlihat jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Kebanyakan pelatih kursus enggan untuk memberikan metode yang inovatif, misalnya menerapkan teknologi LCD yang sekarang sedang marak digunakan dalam proses pembelajaran. Sungguh hal yang disayangkan. Padahal apabila menerapkan metode seperti yang dicontohkan akan menambah minat peserta didik untuk menikmati dan memperhatikan proses pembelajaran.


2.        Hasil Kuesioner
Angket
Angket saya sebarkan pada 10 ibu rumah tangga yang ada di desa saya Ds. Sugihwaras, Kec. Bagor, Kab. Nganjuk. Dalam pembagian angket, saya memilih ibu rumah tangga dengan syarat mereka bisa membaca dan menulis, agar saya bisa langsung menjelaskan alasan saya membagikan angket dan apa kegunaannya, selain itu untuk menghemat waktu dan tenaga. Formangket sesuai dengan yang saya buat di bawah ini:
 

ANGKET
1.      Kegiatan apa yang sering Anda lakukan ketika mempunyai waktu luang?
a.       Ngrumpi dengan tetangga
b.      Tidur
c.       Melihat TV
d.      Lain- lain  
2.      Menurut Anda, apakah kegiatan tersebut bermanfaat bagi Anda?
a.       Ya
b.       Tidak
3.      Bagaimana pendapat Anda mengenai program pemberian pendidikan keterampilan
menjahit untuk mengisi waktu luang Anda?
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
4.      Apabila menjawab Anda “SETUJU”, kapan waktu agar Anda bisa mengikuti pendidikanketrampilan menjahit?
a.       Pagi hari
b.      Siang hari
c.       Sore hari
d.      Malam hari
5.      Apa yang akan Anda lakukan setelah mampu menguasai  ketrampilan menjahit?
a.       Membuka usaha jasa menjahit di rumah
b.      Mencari pekerjaan menjadi karyawan di konveksi
c.       Tidak melakukan diantara kedua nya

Nama pengisi       : _________________________
Alamat                 : _________________________
TTd                      : _________________________
                        
Hasil angket dalam bentuk diagram
3.        Hasil wawancara
Dalam menentukan narasumber, saya memilih untuk mewawancarai pelatih kursus menjahit Bu Desi yang beralamatkan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, dengan alasan untuk memperoleh data dari pelatih kursus tidak bisa menggunakan metode penggalian data observasi saja, butuh metode penggalian data wawancara agar data yang saya peroleh benar- benar sesuai dengan data observasi saya atau sebaliknya. Pertanyaan yang telah saya ajukan dan jawaban dari narasumber seperti di bawah ini:
Saya ( Wahyu )      :Assalamualaikum,
Narasumber            :Walaikumsalam, ada apa yha? Ada yang bisa saya bantu?
Saya( Wahyu )       :Iyha bu, perkenalkan nama saya Wahyu Setyorini, Saya mahasiswa    Universitas Negeri Surabaya,
Narasumber            :Ow, iyha silahkan masuk, dan duduk.
Saya( Wahyu )       :Maaf telah mengganggu waktu Anda, Apakah Anda mempunyai waktu sekarang?
Narasumber            :Iyha, saya mempunyai waktu luang sekarang,?
Saya( Wahyu )       :Apakah benar Anda ini penjahit sekaligus pelatih kursus menjahit?
Narasumber            :Benar, saya ini penjahit sekaligus pelatih kursus menjahit.
Saya( Wahyu )       :Jadi kedatangan saya disini, saya ingin mewawancarai Anda mengenai program pendidikan ketrampilan menjahit yang sekarang ini Anda kelola. Bagaimana awalnya Anda mengelola program ini?
Narasumber            :Kegiatan ini bukan saya namakan progam, tetapi lebih tepatnya adalah usaha mandari atau wirausaha. Jadi awal dari usaha saya ini, saya merasa kemampuan saya dalam hal menjahit telah melebihi rata- rata. Kemudian saya berfikiran untuk membuka usaha kursus agar kemampuan saya ini dimiliki juga oleh orang lain. Kurang lebih seperti itu.
Saya( Wahyu )       :Ow, jadi Anda ini ingin jika orang lain juga mampu melakukan hal seperti Anda. Sungguh hal yang menarik Bu. Ngomong- ngomong, sudah berapa lama Anda membuka kuusaha kursus ini?
Narasumber            :kurang lebih sudah 1 tahun ini.
Saya ( Wahyu )      :Sudah cukup lama yha berarti.Kemudian adakah kendala atau resiko pada saat Anda akan memulai usaha membuka kursus menjahit?
Narasumber            :Mengenai kendala sudah pasti ada, jadi hal pertama yang saya pikirkan itu adalah mengenai modal. Modal membuka kursus itu sebenarnya murah dan mudah dicari, modalnya hanya beberapa mesin jahit, benang, jarum dan alat jahit lainnya.Modal ruangan untuk membuka usaha kursus ini juga tidaklah membutuhkan ruangan yang luas.Namun yang saya pikirkan apakah modal yang saya keluarkan  apakah bisa kembali, dan menghasilkan laba.  Tetapi dengan cepat saya membuang pikiran itu jauh- jauh, karena itu adalah pikiran orang- orang yang malas berusaha. Kemudian saya kembali ke tujuan awal saya membuka usaha kursus menjahit, dimana saya ingin orang lain mampu melakuka hal seperti yang saya lakukan.
Saya ( Wahyu )      :Memang Anda ini benar- benar berjiwa wirausaha. Jika orang lainbisa melakukan dan berfikiran seperti Anda mungkin Indonesia ini akan menjadi Negara maju.
Narasumber            :Haha, mbak ini bisa saja.
Saya ( Wahyu )      :Lhow iyha Bu, hehe. Kemudian langkah apa yang selanjutnya Anda kerjakan menindaklanjuti awal dari usaha Anda tersebut?
Narasumber            :Saya ini bisa dibilang orang tua yang gak mau kalah dengan anak muda, saya memanfaatkan teknologi yang sekarang sedang berkembang pesatnya seperti internet. Saya  nyari di internet mengenai kebutuhan- kebutuhan apa saja yang saya perlukan untuk membuka usaha saya ini seperti jika kita ingin membuka usaha kita harus izin kepada pemerintah, mengenai surat- surat atau format pengajuannya udah disediakan. Kita tinggal mengisi formatnya sesuai keadaan yang ada.Banyak hal yang saya lakukan, butuh beberapa tahun untuk memikirkan matang- matang usaha yang akan saya kelola ini.
Saya ( Wahyu )      :Wah, berarti Anda telah berniat benar ingin membuka usaha ini. Kemudian bagaimana Anda mengumpulkan peserta didik yang akan mengikuti kursus menjahit?
Narasumber            :Saya kan anggota kumpulan ibu- ibu arisan di desa saya, jadi saya bisa dengan mudah untuk mengumpulkan peserta didik. Banyak diantara mereka yang tertarik dengan usaha kursus menjahit.
Saya ( Wahyu )      :Berarti peserta didik Anda banyak diantaranya adalah anggota arisan dimana mereka adalah teman Anda sendiri.
Narasumber            :Iyha, beberapa diantara peserta didik saya adalah teman saya sendiri,  ada juga bukan teman saya, tetapi anak- anak muda atau ibu- ibu rumah tangga yang ingin mengembangkan ketrampilan dalam bidang menjahit.
Saya ( Wahyu )      :Ow, jadi seperti itu. Berapa Anda menawarkan biaya kursus menjahit ini?
Narasumber            :Biaya yang saya tawarkan ini tidaklah mahal, relative murah,perbulannya Rp 50.000,00.
Saya ( Wahyu )      :Cukup murah yha Bu, bagaimana mengenai jadawal masuknya?
Narasumber            :Kalau jadwal masuknya saya sesuaikan dengan jadwal peserta didik, kapan peserta didik bisa melaksanakan kursus, jadi ketika ada yang daftar kursus, saya bernegosiasi mengenai jadwal masuknya. Tetapi harus dikonfirmasikan dengan peserta didik yang lain.
Saya ( Wahyu )      :Kesimpulannya jadi dalam menentukan jadwal peserta didik, sebelumnya bernegoisasi dulu bersama peserta didik. Berapa kali pertemuan selama seminggu?
Narasumber            :Seminggu saya tentukan 3 kali pertemuan, dan pembelajaran yang saya harapkan dalam waktu 1 tahun, peserta didik sudah mampu menjahit dengan teknik yang benar serta hasil jahitan yang baik.
Saya ( Wahyu )      :Pembelajaran bagaimana yang akan Anda berikan kepada peserta didik?
Narasumber            :Saya fokus kan pembelajaran yang saya berikan itu menjahit pada umumnya, yaitu seperti menjahit baju, celana, rok, dan lain sebagainya. Agar mereka itu mandiri dan  mampu membuka usaha sendiri di rumah nya masing- masing. Mengenai teknik- teknik menjahit yang lain itu bisa mereka pelajari sendiri di lain tempat.
Saya ( Wahyu )      :Anda sebelumnya kan telah menemui kendala dan resiko pada saat akan membuka usaha kursus menjahit. Kemudian adakah kendala dan resiko setelah Anda membuka usaha kursus ini, mungkin dalam kegiatan pembelajaran  atau yang lainnya.
Narasumber            :Iyha, menurut saya orang dewasa itu cara mengajarnya lebih sulit, karena mereka sudah memiliki banyak pengalaman dan kritis. Ketika pembelajaran mereka sering bertanya, mengajar orang dewasa apabila mereka kurang kreatif, akan memperlambat pembelajaran karena harus dipantau terus menerus.
Saya ( Wahyu )      :Ow, jadi begitu pengalaman Anda selama memebrikan kursus menjahit. Cukup menarik dan bisa memberikan motivasi bagi orang lain. Saya rasa cukup sekian wawancara kali ini.Terima kasih sudah mau meluangkan waktu Anda untuk saya.
Narasumber            :Iyha mbak, sama- sama.
Saya ( Wahyu )      :Semoga kursus ini bisa tetap berjalan sesuai harapan- harapan ibu. Amin
Narasumber            :Amin
Saya ( Wahyu )      :Saya mau pamitan pulang dulu Bu, mungkin suatu saat kita bisa bertemu lagi.
Narasumber            :Saya berharap juga demikian
Saya ( Wahyu )      :Asalamualaikum.
Narasumber            :Walaikumsalam.











0 komentar: