Jenang Kudus
http://kratonpedia.com/data/user/jenang_kudus/17.jpg
Jenang kudus adalah makanan khas Indonesia. Namun,
anda tidak hanya akan menjumpainya di dalam negeri, seperti di Jawa, tetapi
juga di Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, dan Arab Saudi.
Menjadi makanan khas
Indonesia, jenang juga menyiratkan pergumulan usaha dalam tempo relatif panjang
dan sarat tantangan serta bukan sebuah kebetulan. Di suatu saat kelak sejarah
akan mencatat kiprah jenang kudus alias dodol Citra Persada di pentas dunia.
Itulah salah satu rumusan membangun sinergi mewujudkan visi dari perusahaan
jenang kudus, yang tengah menapaki usianya ke-100 tahun tepat pada 5 Oktober
2010.
Menurut cerita rakyat,
jenang kudus lahir ketika Sunan Kudus (salah satu anggota Wali Sanga) menguji
kesaktian salah satu muridnya yang bernama Syech Jangkung alias Saridin dengan
menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi Sungai Gelis di wilayah Desa
Kaliputu.
Padahal, gamping adalah
salah satu hasil tambang yang sebagian besar mengandung kalsium karbonat dan
biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan sebagai bahan pembuatan tembok.
Dalam perjalanan modernisasi tersebut, juga
diperoleh banyak sekali masukan dari berbagai kalangan yang tersebar hampir di
seluruh Indonesia.
Di antaranya yang
menonjol, menurut Hilmy, penggunaan merek dagang yang asli bernama jenang
kudus, Mubarok, atau dodol.Jenang bagi sebagian besar warga Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), atau Jawa Timur tidak asing lagi. Sebaliknya, di
luar ketiga provinsi ini tidak banyak yang tahu. Justru mereka lebih mengenal
nama dodol.
Padahal, dodol selama ini
dikenal sebagai makanan khas dari Jawa Barat (pusatnya di Garut). ”Lucunya
ketika kami mengadakan studi banding ke perusahaan dodol terkenal PT Herlinah
Cipta Pratama, produsen dodol cap/merek Picnic, perusahaan ini justru kali
pertama mempelajari proses produksi jenang di Kudus. Itu pun dilakukan pada
tahun 1940. Ada empat narasumber yang menyatakan bahwa dodol itu asalnya memang
dari Kudus,” ujar Hilmy.
Kudus
merupakan kota yang terkecil di Provinsi Jawa Tengah dengan berbagai potensi
yang dimiliki mulai dari kekayaan industri, budaya, pertanian sampai pada
makanan dan oleh-oleh khas Kudus. Oleh-oleh yang melekat karena citarasa
yang khas tak lain adalah Jenang Kudus. Penganan ini terbuat dari tepung
beras, santan, dan gula jawa.
Ada
hal unik mengenai asal muasal Jenang di Kudus ini beberapa sumber menceritakan
adanya Tradisi Tebokan. Kirab Tebokan merupakan salah satu bentuk pelestarian
tradisi dan sejarah pembuatan jenang. Hal itu tidak terlepas dari kisah Mbah
Dempok dan cucunya. Konon, ketika Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung
dara di tepi Sungai Kaliputu, cucunya tercebur dan hanyut. Meski tertolong,
cucu Mbah Dempok diganggu Banaspati, makhluk halus berambut api. Sunan Kudus
menyimpulkan cucu Mbah Dempok telah tiada, tetapi Syekh Jangkung menyatakan
cucu Mbah Dempok mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta
ibu-ibu membuat jenang bubur gamping. Mitos itulah yang melatarbelakangi
berkembangnya industri jenang Kudus. Mitos itu pulalah yang menginspirasi
ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja di industri jenang kudus.
Namun
ada cerita lain yang melatarbelakangi adanya jenang di Kudus. Menurut cerita
rakyat, jenang kudus lahir ketika Sunan Kudus (salah satu anggota Wali Sanga)
menguji kesaktian salah satu muridnya yang bernama Syech Jangkung alias Saridin
dengan menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi Sungai Gelis di wilayah Desa
Kaliputu. Padahal, gamping adalah salah satu hasil tambang yang sebagian besar
mengandung kalsium karbonat dan biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan
sebagai bahan pembuatan tembok.
Ternyata
Saridin tetap segar bugar sehingga Sunan Kudus berucap, ”Suk nek ono
rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya lebih kurang,
jika suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha
pembuatan jenang.
0 komentar:
Post a Comment