26 March 2014

Antropologi Sosial

ARTIKEL RELIGION
ISLAMIC DAKWAH
MATA KULIAH ANTROPOLOGI SOSIAL









Oleh :
MOHAMMAD  ZAINUL MIFTA              (13010034083)



PLS 2013 B
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

DAKWAH ISLAM
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dan diadaptasi ke bahasa Indonesia, Dakwah yang berarti panggilan , permintaan , mohon perlindungan , harapan , doa dan cinta kepada Allah Mahakuasa ( Khumais 1998: 1 ) .
Dakwah kata dasar dengan berbagai turunan yang disebutkan dalam Al-Qur'an
sebanyak 212 kali ( Abd al- Baqi : 154-160 ) .
Ibn Taimiyah menjelaskan " da'watul Islam" secara operasional sebagai instruksi kepada perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah dan tindakan yang dilarang oleh Allah. Memahami terminologi yang diajukan  dalam Dakwah Islam al- Barghuts menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan Dakwah Islam ialah memerintahkan orang-orang untuk memeluk Islam dan berjuang untuk dia dan mencintai. ( Barghuts 1996: 67 ).
Dalam sejarah Islam di Indonesia , karena dakwah Islam awal didefinisikan sebagai 'undangan, 'sampai akhirnya Hamka menulis sebuah artikel berjudul ' Dawatulislam ' yang diterbitkan secara serial di majalah Gema Islam ( No. 4 dan 5 TI , 1962 ) . Menurut K. Mahmud Effendi , pesan Islam bukan hanya undangan , tetapi dakwah Islam mencakup kata-kata dan perbuatan ( Qawlun wa amalun ) ( Rahardjo 1999: 158-159 ).
Subyek dakwah dipelajari secara sistematis ketika Departemen Dakwah secara resmi didirikan di Fakultas Usuluddin , al- Azhar University, Mesir pada tahun 1942 . Sementara di Indonesia, Dakwah Islam diakui sebagai bagian dari Studi Islam ketika pertama kali ditawarkan di Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri
( PTAIN) pada tahun 1950 , maka program dakwah ditingkatkan menjadi Fakultas, yaitu Departemen Dakwah Fakultas Usuluddin ketika ( PTAIN) ditingkatkan dan diubah menjadi Institut Agama Islam Negeri pada tahun 1960 . Dalam kasus yang sama, Fakultas Dakwah didirikan di Institut Agama Islam Negeri Ar -Raniry ( IAIN Ar -Raniry ), Banda Aceh pada tahun 1968.
Pendirian ini didasarkan Surat Keputusan Menteri Agama ( SK Menag ) , nomor 153/1968 . Sejak itu, komunitas akademik di IAIN di Indonesia telah melakukan pertemuan ilmiah untuk meninjau silabus ilmu-ilmu Islam , sampai sekitar tahun 1982 dakwah Islam diakui sebagai bagian penting dari ilmu-ilmu Islam di Indonesia. Hal ini didasarkan pada jumlah SK 97/1982 Menag Republik Indonesia pada Kurikulum dan Silabus untuk IAIN termasuk Fakultas Dakwah, diperkuat kemudian dengan jumlah SK 110/1982 Menteri Urusan Agama ( Menag ) yang telah memperoleh rekomendasi rujukan  dari ( LIPI ) ( Lembaga Islam 1995: 27-40). Kurikulum di Fakultas Dakwah di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) dan juga di Universitas Islam Negeri ( UIN ) di Indonesia saat ini didasarkan pada kurikulum yang telah dilakukan dan ditetapkan pada tahun 1995 , yang didirikan oleh National Kurikulum dengan Keputusan no . 383/1995 Menag dan ditingkatkan dengan Surat Keputusan no . 383/1997 Menag. Sejak saat itu, Fakultas Dakwah secara resmi memiliki tiga departemen , yaitu Departemen Islam Komunikasi dan Penyiaran ( KPI ) , Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam ( BKI ),  Departemen Pengembangan Masyarakat Islam ( DPMI ) dan Jurusan Manajemen  Dakwah (MD). ( Sulton 2003 : 24-25 ).
Dari uraian di atas , dapat dikatakan bahwa makna dakwah tidak hanya sebagai undangan, tetapi juga suatu tindakan. Pendekatan ini dirumuskan oleh Moch . Ali Aziz, dimana dakwah sebenarnya proses aktif, dimulai dengan persuasif dan komprehensif transmisi (tabligh), pengumuman kabar gembira (tabsyir), peringatan melalui pesan buruk (tandhir) dan memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk ( amar makruf nahi munkar ) ( Aziz 2009: 41 ). Berdasarkan pandangan pada dakwah, ia jelas mencoba untuk menggabungkan harmonis istilah dakwah sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat Alquran dan Tradisi Nabi ( saw ) dengan ilmu dari dakwah sebagai studi ilmiah empiris.
Beberapa definisi dakwah di atas menurut untuk Moch. Ali Aziz menekankan bahwa dakwah adalah tidak hanya sebagai realitas sosial , tetapi yang lebih penting adalah untuk mengaktifkan dakwah untuk menjadi pendekatan fungsional lebih daripada substansial agama. Pendekatan fungsional untuk empiris menilai misi untuk menjawab pertanyaan : " Bagaimana bisa Islam dapat diterima dan direalisasikan oleh manusia makhluk , baik secara pribadi maupun sosial . "Oleh karena itu, Studi dakwah sering difokuskan pada aspek metode, teknik, dan menengah dalam rangka memenuhi tujuan mereka ( Aziz 2009: 57 ) .


ISLAMIC DAKWAH
The word dakwah comes from Arabic and adapted into the Indonesian language as dakwah that means a call, request, beg protection, hope, prayer and love to God
Almighty (Khumais 1998: 1). The basic word dakwah with various derivatives mentioned in the Quran as much as 212 times (Abd al-Baqi: 154-160).
Ibn Taymiyyah explained “da‘watul Islam” operationally as instructions to the good works commanded by God and the prevention of acts that God forbade it. Understanding the terminology put forward Islamic dakwah, al-Barghuts concludes that what is meant by Islamic dakwah is commanding people to embrace Islam and fighting for him and loving him Bab 15.indd   145 8/9/2012   2:36:02 PM 146
Islamiyyat 34 with all the prescribed means and methods possible (Barghuts 1996: 67).
In the history of Islam in Indonesia, since the initial Islamic dakwah is defined as ‘invitation,’ until finally Hamka wrote an article entitled ‘Dawatulislam’ which was published serially in the magazine Gema Islam (No. 4 and 5 TI, 1962). According to K. Mahmud Effendi, the message of Islam is not merely an invitation, but the Islamic dakwah includes words and deeds (qawlun wa amalun) (Rahardjo 1999:
158-159).
The subjects of dakwah were studied systematically when the Department of Dakwah was officially established at the Faculty of Usuluddin, al-Azhar University, Egypt in 1942. While in Indonesia, the Islamic dakwah is recognized as a part of Islamic studies when it was firstly offered at the State Islamic Higher Education (PTAIN) in 1950, then the programme of dakwah was upgraded to be a faculty,
namely the Department of Dakwah under the Faculty of Usuluddin when the status of ‘college’ (PTAIN) being upgraded and transformed into the Institute of State Islamic Religion in 1960. In the same case, the Faculty of Dakwah was established at the Institute of State Islamic Religion Ar-Raniry (IAIN Ar-Raniry), Banda Acheh in 1968. This establishment was based on the Decree of the Minister of Religious Affairs (SK MENAG), number 153/1968.
Since then, the academic community at IAIN in Indonesia has conducted serial scientific meetings to review the syllabus of Islamic sciences, until sometime in 1982 the Islamic dakwah is recognized as an important part of Islamic sciences in Indonesia. It was based on the Decree number 97/1982 MENAG Republic of Indonesia on Curriculum and Syllabus for IAIN including the Faculty of Dakwah, reinforced later by the Decree number 110/1982 Minister of Religious Affairs (MENAG) who has obtained a referral recommendation from the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) (Bimbaga Islam 1995: 27-40).
The curriculum at the Faculty of Dakwah at the Institute of State Islamic Religion (IAIN) and also at the State Islamic University (UIN) in Indonesia today is based on the curriculum that was done and set up in 1995, which was established by the National Curriculum by the Decree no. 383/1995 MENAG  and enhanced with Decree no. 383/1997 MENAG.
Since then, the Faculty of Dakwah formally has three departments, namely Department of Islamic Communication and Broadcasting (KPI), majoring in Islamic Guidance and Counseling (BPI), Department of Islamic Community Development (PMI) and Department of Dakwah Management (MD). (Sulton 2003: 24-25).
From the discussion above, it could be said that the meaning of dakwah is not only as an invitation, but also an action. This approach is formulated by Moch. Ali Aziz, where dakwah is actually an active process, starting with persuasive and comprehensive transmission (tabligh), announcement of glad tidings  (tabsyir), warning by bad message (tandhir) and commanding good and forbidding bad (amar makruf nahi munkar) (Aziz 2009: 41).
Based on his view on dakwah, he obviously tries to harmoniously combine the term of dakwah as stated in Quranic verses and the Traditions of the Prophet (PBUH) with the science of dakwah as an empirical scientific study. Some definitions of dakwah above according to Moch. Ali Aziz emphasizing that the dakwah is not only as a social reality, but more important is to activate the dakwah to be functional approach rather than substantial of religion. Functional approach to empirically assess the mission to answer the question:  “How can Islam be accepted and realized by human beings, both personally and socially.” Therefore, dakwah studies are often to be focused on aspects of  methods, techniques, and medium in order to fulfill their goals and objectives (Aziz 2009: 57).
With such a narrow scope, the object of dakwah study is no longer in wide and global in its meaning, while it being a separate discipline in practice. However, the aim of it is actually to bring the dakwah to be a manageable and accessible to the global and practical in reality.




Daftar Pustaka :

Suhaimi. (2012). Dakwah and communication programmes in tertiary higher education in indonesia: A brief Survey/Program dakwah dan komunikasi dalam pendidikan tinggi di indonesia: Satu tinjauan ringkas. Islamiyyat, 34, 145-149. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1319242960?accountid=25704

Pendidikan Pancasila

MAKALAH
 PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA


Disusun Oleh :
Desi Anjani                            : (13010034074)
Hayatun Nufus                        : (13010034019)
                       Mohammad Zainul Mifta                 : (13010034083)


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
(UNESA)
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, tauhid serta hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan tema “Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada pembawa risalah Allah, yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan salah tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila, serta sebagai sumber referensi bagi mata kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam makalah pendidikan pancasila ini membahas mengenai nilai-nilai Pancasila pada masa prasejarah.
Dalam penyusunan makalah ini kami bertiga tidak terlepas dari berbagai dukungan pihak-pihak terkait. Sehingga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu kelancaran  proses penulisan makalah ini. Saya  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga makalah ini memerlukan penyempurnaan.
Harapan saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para Mahasiswa yang memerlukannya dan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah Pendidikan Pancasila.


Surabaya, 20 Februari 2014


              Penulis



DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................        i          
Kata Pengantar ................................................................................................        i
Daftar Isi ...........................................................................................................        ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................        1
         1.1         Latar Belakang ................................................................................        1
         1.2         Rumusan Masalah ...........................................................................        2
         1.3         Tujuan .............................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................        3
         2.1         Makna Bangsa Indonesia ................................................................        3
         2.2         Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah ..................................        4
         2.3         Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sriwijaya dan Majapahit .............        6
   A.    Nilai Pancasila Masa Kerajaan Sriwijaya ...............................        6
   B.    Nilai Pancasila Masa Kerajaan Majapahit ..............................        7
         2.3         Patriotism Bangsa Indonesia Melawan Belanda .............................        8
BAB III PENUTUP .........................................................................................        11
         3.1         KESIMPULAN ..............................................................................        11
         3.2         SARAN ..........................................................................................        11



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
          Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektifitas penyelenggaraan oleh suatu negara. Dari Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakkan wibawa pemerintahan. Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur semua penyelenggaraan negara disegala bidang, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan-keamanan. Berdasar pada latar belakang historis yang sulit dibantah , bahwasanya 1 Juni 1945 yang disebut sebagai lahirnya pancasila, Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara ataupun menulis tentang pancasila, baik dalam sebagai pandangan hidup, atau apalagi sebagai dasar negara. Dalam pidatonya, beliau menyebutkan atau menjelaskan bahwa gagasan tentang pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Widyodiningrat mengenai apa yang akan dijadikan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk?
          Lima dasar atau sila yang buliau ajukan itu dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV dan ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan-kerajaan besar di Jawa Timur dan lainnya. 

1.2         Perumusan Masalah
a.              Bagaimana nilai-nilai pancasila pada zaman sejarah?
b.             Bagaimana nilai-nilai pancasila sebelum kemerdekaan Indonesia?
c.              Bagaimana nilai-nilai pancasila pasca Indonesia merdeka?
1.3         Tujuan Penulisan
a.              Memahami nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa indonesia.
b.             Memahami pancasila secara lengkap dan utuh sebagai jati diri bangsa Indonesia.
c.              Untuk membentuk kehidupan suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup yang berlandaskan pancasila.


1.3          
BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Makna Bangsa Indonesia
Nama Indonesia ini bukan asli ciptaan orang pribumi, melainkan nama Indonesia ini ciptaan orang barat. Karena nama Indonesia cukup tepat untuk menyebut kepulauan Indo (India) dan Nesos (pulau). Selain itu nama Indonesia cukup revolusioner memiliki makna kesatuan, kemerdekaan, dan kebesaran.
Nama Indonesia pertama kali dikemukakan oleh James Richardson Logan dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (1847-1859) di pulau Penang pada tahun 1850. Kata Indonesia itu juga digunakan oleh W.E Maxwell dan S. Raffles dalam karyanya yang terkait dengan bahasa Melayu dikemukakan dalam rangkaian karyanya yang berjudul The Island of Indonesia. Sesungguhnya Adolf Bastian seorang ethnolog dalam bukunya Indonesien Oder Die Inseln des Malayischen Archipes (1884-1889) yang membuat nama Indonesia itu semakin terkenal.
Sebutan bangsa Indonesia juga mengalami proses, seab Belanda selalu menyebut inlander (Bumi Putera). Alasannya kepulauan itu hanya etnologis, yaitu merupakan sebagian saja dari daerah Indonesia, selain itu dikatakan rakyatnya tidak menunjukkan sebagai satu kesatuan yang disebut bangsa.
Teori tentang bangsa, yaitu :
a.    Cuture- natie theore  : menurut teori ini bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki persamaan kebudayaan.
b.    Staats-natie theorie: menurut teori ini bangsa adalah sekelompok manusia yang hidup dalam lindungan satu Negara.
c.    Gevoels-en wils theorie : menurut teori ini bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai perassaan dan kemauan untuk hidup bersama.
Diantara ketiga teori tersebut,  teori ke tiga mendekati pengertian bangsa Indonesia dengann menambbah faktor geografis.  Dengan demikian maka bangssa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai keinginan untuk hidup bersama karena nasib yng sama, bertempat tinggal disuatu wilayah tertentu sebagai satu kesatuan dari Sabang sampai Merauke.
Kata Indonesia terkait dengan hal tersebut diatas mempunai makna bangsa yaitu, seluruh penduduk yng mendiami wilayah itu; pengertian negara, yaitu organisasi kekuasaan yang merdeka dan berdaulat di wilayah itu; dalam arti bahasa, yaitu bahasa resmi negara bahassa Indonesia sebagai alat komunikasi yang sah di seluruh negara kesatuan Indonesia. Dalam arti geopolitik, yaitu bahwa Indoneesia adalah tanah air kita atau tumpah darah kita  dari Sabang sampai Merauke.
2.2         Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah
Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan jaman tersier kira-kira 60 juta tahun silam. Baru pada jamann quarter sekitar 600 juta tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia berdasarkan fosil manusia purba yang ditemukan. Dalam proses kehidupannya mereka mengalmi hidup tiga jaman yaitu :
        a.    Paleolithicum
Jaman ini ditandai dengan alat-alat dari batu yang masih sangat kasar dan belum diasah. Alat-alat ini digunakan untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan buah-buahan. Hal ini menandakan bahwa mereka masih hidup berpindah-pindah dalam tingkat kehidupn food gatheringb.    Mesolithicum
Jaman ini diawali sekitar 20.000 tahun silam dan taraf kehidupannya sudah mulai meningkat meskipun masih food gathering, akan tetapi manusia mulai hidup menetap dan bercocok tanam secara sederhana.
c.    Neolithicum
Terjadi sekkitar 2500 B.C. Pada jaman ini peralatan yang digunakan masih dari bbatu akan tetapi sudah halus (diasah), bercocok tanam, hidup menetap, dari food gathering menjadi food producing.
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa pra sejarah hakekatnya adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri, yaitu :
a.    Nilai Religi
Yaitu ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk aktivitas religi seperti upacara mendatangkan hujan, pemujaan matahari, penjenasahan, dan keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur mereka. Jelas bahwa masa pra sejarah sudah mengenali nilai-nilai kehidupan religi dalam makna animisme dan dinamisme.
b.    Nilai Peri Kemanusiaan
Tampak dalam kehidupan saat itu seperti berikut ini :
Pertama, penghargaan terhadap hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia meskipun sudah meninggal. Kedua, mereka tidak hidup terbata pada wilayahnya, sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman dengan pantai, dan persebaran kapak.
c.    Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga muncul kesamaan dalam kosakata dan kebudayaan. Hal ini ssuai dengan teori perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda-bendda kebudayaan Pra Sejarah Von Helne Gildren.
d.   Nilai Musyawarah
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertma diantara yang sama). Rapat ini menunjukkan kesadaran adanya nilai Musyawarah.
e.    Nilai Keadilan Sosial
Merka sudah meninggalkan pola hidup food gathering menuju pola hidup food producing, yaitu dari mengumpulkan makanan berubah menjadi menghasilkan makanan seperti memlihara dan menanam. Hal ini menunjukkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada. Nilai-nilai Pancasila tersebut paa hakekatnya merupakan kerangka dasar struktur kehidupan nenek moyang Indonesia dalam menyongsong peristiwa sejarah perjuangan bangsa berikutnya.

2.3         Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sriwijaya Dan Majapahit
A.  Nilai-Nilai Pancasila Masa Kerajaan Sriwijaya
1)   Nilai Ketuhanan
Adanya patung Budha Langgam Amarawati sebagai hasil karya seni agama Budha Hinayana. Berkembang agama Budha Mahayana sesuai dengan berita seorang musafir Cina I-Tsing yang meneliti agama aliran ini selama 4 tahun. Selain itu Sriwijaya juga sebagai pusat pengembangan Tantrisme, yang dibuktikan oleh dua pendeta Tantris, yaitu Vajrabodhi dan Amoghavajra. Ditemukan banyak tulisan Siddhayatra di sekitar Palembang sebanyak 30 buah. Bahkan pada masa berikutnya Sriwijaya mendirikan Stupa dan candi untuk menghormati Sang Budha serta Padmati dan Vajrapani.
2)   Nilai Perikemanusiaan
Penganut agama Budha yang tidak mengenal kasta atau perbedaan antar manusia. Dalam  perjalanan sejarahnya Sriwijaya juga sering timbul konflik, Sriwijaya mengembangkan semboyan politik “Kami cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan”.
3)   Nilai persatuan Indonesia
Dalam prasasti Kota Kapur menunjukkan perluasan wilayah timur, yaitu dengan perkawinan antara Airlangga dengan putri raja Sriwijaya yang bernama Sanggramawijayatunggawarman.
4)   Nilai Musyawarah
Semua keputusan yang terkait dengan kerajaan selalu diputuskan secara musyawarah. Misal waktu Sriwijaya menyerang Darmawangsa Teguh di Jawa, mengajak musyawarahwilayah kekuasaannya di wurawari dalam strategi perang.
5)   Nilai Keadlian Sosial
Upaya Sriwijaya menjadi negara yang makmur hampir selama 700 tahun dari abad ke VII – XIV
B.  Nilai-nilai Pancasila Masa Kerajaan Majapahit .
1)   Nilai Ketuhanan
Kehidupan keagamaan di Majapahit  sangat mengendapkan sifat toleransi tinggi, dibuktikan oleh tulisan Mpu Tantular dalam buku sutasoma yang isinya menggambarkan dalam semboyan “bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa”. Selain itu kerajaan mengangkat dua pejabat lembaga keagamaan yang disebut “Dharmadyaksa” ring Kasaiwan bagi agama siwa dan darmadyaksa ring Kasgotan untuk agama budha.
2)   Nilai Kemanusiaan
Setiap manusia akan tentram dengan baik dengan adanya perlindungan raja terhadap rakyatnya dan ketentraman kehidupan keaagamaan sesuai dengan keyakinannya. Hal ini disebabkan oleh ajaran agama Hindu Budha yang bersifat universal.
3)   Nilai Persatuan.
Nilai persatuan tampak pada usaha kerajaan Majapahit untuk membangun sistem ketatanegaraan yang kuat, misalnya Majapatih Gajah Mada untuk melaksanakan sistem sentralisasi dalam pemerintahan yang memposisikan raja sebagai penguasa tunggal. Setelah upaya pengembangan sistem sentralisasi pemerintah Hayam Wuruk-Gajah Mada berupaya membangun persatuan nusantara dengan sumpah palapanya diucapkan pada tahun 1331 yang telah diawali penguasaan wilayah Melayu, Malaka, Mawa, dan Indonesia bagian Timur.
4)   Nilai musyawarah.
Nilai ini sangatlah tampak pada tugas dan wewenang lapisan pemerintah yang selalu melakukan dalam upaya musyawaroh untuk memecahkan permasalah kehidupan kenegaraan.
5)   Nilai Keadilan Sosial.
Upaya keadilan dan kesejahteraan sosial dibangun melalui pembangunan ekonomi, pertanian, dan perdagangan.
Pertanian mengembangkan tanaman : polowijo, beras, minyak kelapa, lada, garam, cengkeh, pala, kayu cendana,dll.
Majapahit dalam upaya mensejahterakan rakyatnya dalam bidang ekonomi.
2.4         Patriotism Bangsa Indonesia Melawan Belanda
a)    Patriotism Bangsa Indonesila Abad Ke XX
Pada awal abad ke XX bangsa Indonesia tumbuh kembang menjadi suatu gerakan yang bersifat nasional. Gerakan ini dimotori oleh Belanda.
            Gerakan nasiaonal modern yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan lahir 20 Mei 1908 dikenal dengan sebutan Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama, yang bertindak merintis perjuangan kemerdekaan indoesia dalam bentuk organisasi.
Beberap tujuan dari organisasi:
1.    Memajukan pengajaran
2.    Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan
3.    Memajukan tehnik dan industry, serta,
4.    Menghidupkan kembali kebudayaan
Program politik organisasi Budi Utomo:
1.    Mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia
2.    Organisasi terbuka bagi anggota non Jawa
3.    Menyatukan organisasi
4.    Merubah nama Budi Utomo menjadi Budi Utama
5.    Menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918
Atas dasar tersebut dikenal peringatan hari lahirnya Budi Utomo, oleh pemeritah ditetapkan sebagai “Hari Kebangkitan Nasional”.
Setelah Dr. Sutomo pulang dari negeri Belanda pada tahun 1924 yang mendirikan Study Club di Surabaya dengan aktivitas propaganda nasionalisme Indonesia. Mengadakan Hari Nusantara (Inter Insulaire Dag) Surabaya 11 juli 1925, dengan tujuan untuk menggalang Persatuan Indonesia. Dan dapat mempertemukan wakil suku guna untuk merencanakan kongres pemuda Indonesia.
Azas dan tujuannya menanamkan dan mewujudkan perstuan seluruh Indonesia dengan dasar kebangsaan menuju kearah Indonesia Raya.. Mejelang tahun 1928 menunjukkkan bahwa cita-cita perstuan untuk mewujudkan Indonesia merdeka telah memenuhi udara politik pergerkan nasional Indonesia. Situasi ini menginspirasi kepada generasi muda yang tergabung dalam PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) merumuskan aspirasi tersebut dalam kongres ke II di Jakarta 28 Oktober 1928, dirumuskan kongres yang di kenal dengan sebutan SUMPAH PEMUDA, yang berisi :
Pertama      : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah  
satu tanah air Indonesia.
Kedua        : kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa   Indonesia.
Ketiga        : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa
                      persatuan Bahasa Indonesia.
              H. Muh Yamin berpendapat bahwa sejak tanggal 28 Oktober 1928, di Indonesia telah ada bangsa berbudaya (diekulturnation) kemudian menjadi bangsa negara Indonesia (diestaatnation) setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.Bahwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan sikap pemuda untuk melihat Indonesia dalam keseluruhan bukan secara kedaerahan (local/regional) atau secara kesukuan (etnis).
              Konggres Perempuan I di Yogyakarta 22 – 23 Desember 1928, memutuskan Perikatan Perempuan Indonesia (PPI), merupakan federasi dari bermacam organisasi wanita. Konggres Perempuan II di Jakarta 1935, memutuskan bahwa perempuan Indonesia bertugas sebagai “Ibu Bangsa” yang wajib mengusahakan supaya generasi baru insyafakan kewajiban kebangsaan. Konggres Perempuan III di Bandung 1938 menetapkan tanggal 22 Desember menjadi “Hari Ibu”. Dan masih banyak lagi gerakan yang bermunculan pada era ini.  Pada 31 desember 1930 organisasi Indonesia Muda  yang bercita – cita Indonesia merdeka dan bendera merah putih sebgai lambangnya.
              Dan banyak dukungan dari berbagai partai-partai politik, Partai Serikat Islam (PSI), Budi Utomo, PPPKI, Partai Indonesia Raya (PARINDRA) dan Gabugan Politik Indonesia (GAPI), Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI). Petisi Sutardjo di Volksraad 1937 menuntut status dominion bagi Indonesia berparlemen tahun 1939, dengan menyelenggarakan konggres Rakyat Indonesia (Desember 1939) menetapkan bahwa bendera persatuan Indonesia Merah Putih, Lagu persatuan Indonesia Raya, dan bahasa persatuan bahasa Indonesia, sebagai lambang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.



BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Bahwa negara Indonesia ini adalah negara yang mampu bertahan dan berjuang meskipun berulangkali dijajah oleh negara Belanda maupun Jepang. Meskipun nama Indonesia ini tidak diciptakan oleh bangsa Indonesa, melainkan dicetuskan oleh orang Barat.
Indonesia juga memiliki nilai-nilai pancasila yang selalu diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah nilai ketuhanan, nilai perikemanusiaan, nilai persatuan, nilai persatuan, nilai musyawarah dan nilai keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut selalu diterapkan di negara ini.
3.2         Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. dan kami memberi saran untuk pembaca, untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan pancasila ini tidak hanya untuk dihafalkan dalam persekolahan saja.
Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.