26 March 2014

Antropologi Sosial

ARTIKEL RELIGION
ISLAMIC DAKWAH
MATA KULIAH ANTROPOLOGI SOSIAL









Oleh :
MOHAMMAD  ZAINUL MIFTA              (13010034083)



PLS 2013 B
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

DAKWAH ISLAM
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dan diadaptasi ke bahasa Indonesia, Dakwah yang berarti panggilan , permintaan , mohon perlindungan , harapan , doa dan cinta kepada Allah Mahakuasa ( Khumais 1998: 1 ) .
Dakwah kata dasar dengan berbagai turunan yang disebutkan dalam Al-Qur'an
sebanyak 212 kali ( Abd al- Baqi : 154-160 ) .
Ibn Taimiyah menjelaskan " da'watul Islam" secara operasional sebagai instruksi kepada perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah dan tindakan yang dilarang oleh Allah. Memahami terminologi yang diajukan  dalam Dakwah Islam al- Barghuts menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan Dakwah Islam ialah memerintahkan orang-orang untuk memeluk Islam dan berjuang untuk dia dan mencintai. ( Barghuts 1996: 67 ).
Dalam sejarah Islam di Indonesia , karena dakwah Islam awal didefinisikan sebagai 'undangan, 'sampai akhirnya Hamka menulis sebuah artikel berjudul ' Dawatulislam ' yang diterbitkan secara serial di majalah Gema Islam ( No. 4 dan 5 TI , 1962 ) . Menurut K. Mahmud Effendi , pesan Islam bukan hanya undangan , tetapi dakwah Islam mencakup kata-kata dan perbuatan ( Qawlun wa amalun ) ( Rahardjo 1999: 158-159 ).
Subyek dakwah dipelajari secara sistematis ketika Departemen Dakwah secara resmi didirikan di Fakultas Usuluddin , al- Azhar University, Mesir pada tahun 1942 . Sementara di Indonesia, Dakwah Islam diakui sebagai bagian dari Studi Islam ketika pertama kali ditawarkan di Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri
( PTAIN) pada tahun 1950 , maka program dakwah ditingkatkan menjadi Fakultas, yaitu Departemen Dakwah Fakultas Usuluddin ketika ( PTAIN) ditingkatkan dan diubah menjadi Institut Agama Islam Negeri pada tahun 1960 . Dalam kasus yang sama, Fakultas Dakwah didirikan di Institut Agama Islam Negeri Ar -Raniry ( IAIN Ar -Raniry ), Banda Aceh pada tahun 1968.
Pendirian ini didasarkan Surat Keputusan Menteri Agama ( SK Menag ) , nomor 153/1968 . Sejak itu, komunitas akademik di IAIN di Indonesia telah melakukan pertemuan ilmiah untuk meninjau silabus ilmu-ilmu Islam , sampai sekitar tahun 1982 dakwah Islam diakui sebagai bagian penting dari ilmu-ilmu Islam di Indonesia. Hal ini didasarkan pada jumlah SK 97/1982 Menag Republik Indonesia pada Kurikulum dan Silabus untuk IAIN termasuk Fakultas Dakwah, diperkuat kemudian dengan jumlah SK 110/1982 Menteri Urusan Agama ( Menag ) yang telah memperoleh rekomendasi rujukan  dari ( LIPI ) ( Lembaga Islam 1995: 27-40). Kurikulum di Fakultas Dakwah di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) dan juga di Universitas Islam Negeri ( UIN ) di Indonesia saat ini didasarkan pada kurikulum yang telah dilakukan dan ditetapkan pada tahun 1995 , yang didirikan oleh National Kurikulum dengan Keputusan no . 383/1995 Menag dan ditingkatkan dengan Surat Keputusan no . 383/1997 Menag. Sejak saat itu, Fakultas Dakwah secara resmi memiliki tiga departemen , yaitu Departemen Islam Komunikasi dan Penyiaran ( KPI ) , Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam ( BKI ),  Departemen Pengembangan Masyarakat Islam ( DPMI ) dan Jurusan Manajemen  Dakwah (MD). ( Sulton 2003 : 24-25 ).
Dari uraian di atas , dapat dikatakan bahwa makna dakwah tidak hanya sebagai undangan, tetapi juga suatu tindakan. Pendekatan ini dirumuskan oleh Moch . Ali Aziz, dimana dakwah sebenarnya proses aktif, dimulai dengan persuasif dan komprehensif transmisi (tabligh), pengumuman kabar gembira (tabsyir), peringatan melalui pesan buruk (tandhir) dan memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk ( amar makruf nahi munkar ) ( Aziz 2009: 41 ). Berdasarkan pandangan pada dakwah, ia jelas mencoba untuk menggabungkan harmonis istilah dakwah sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat Alquran dan Tradisi Nabi ( saw ) dengan ilmu dari dakwah sebagai studi ilmiah empiris.
Beberapa definisi dakwah di atas menurut untuk Moch. Ali Aziz menekankan bahwa dakwah adalah tidak hanya sebagai realitas sosial , tetapi yang lebih penting adalah untuk mengaktifkan dakwah untuk menjadi pendekatan fungsional lebih daripada substansial agama. Pendekatan fungsional untuk empiris menilai misi untuk menjawab pertanyaan : " Bagaimana bisa Islam dapat diterima dan direalisasikan oleh manusia makhluk , baik secara pribadi maupun sosial . "Oleh karena itu, Studi dakwah sering difokuskan pada aspek metode, teknik, dan menengah dalam rangka memenuhi tujuan mereka ( Aziz 2009: 57 ) .


ISLAMIC DAKWAH
The word dakwah comes from Arabic and adapted into the Indonesian language as dakwah that means a call, request, beg protection, hope, prayer and love to God
Almighty (Khumais 1998: 1). The basic word dakwah with various derivatives mentioned in the Quran as much as 212 times (Abd al-Baqi: 154-160).
Ibn Taymiyyah explained “da‘watul Islam” operationally as instructions to the good works commanded by God and the prevention of acts that God forbade it. Understanding the terminology put forward Islamic dakwah, al-Barghuts concludes that what is meant by Islamic dakwah is commanding people to embrace Islam and fighting for him and loving him Bab 15.indd   145 8/9/2012   2:36:02 PM 146
Islamiyyat 34 with all the prescribed means and methods possible (Barghuts 1996: 67).
In the history of Islam in Indonesia, since the initial Islamic dakwah is defined as ‘invitation,’ until finally Hamka wrote an article entitled ‘Dawatulislam’ which was published serially in the magazine Gema Islam (No. 4 and 5 TI, 1962). According to K. Mahmud Effendi, the message of Islam is not merely an invitation, but the Islamic dakwah includes words and deeds (qawlun wa amalun) (Rahardjo 1999:
158-159).
The subjects of dakwah were studied systematically when the Department of Dakwah was officially established at the Faculty of Usuluddin, al-Azhar University, Egypt in 1942. While in Indonesia, the Islamic dakwah is recognized as a part of Islamic studies when it was firstly offered at the State Islamic Higher Education (PTAIN) in 1950, then the programme of dakwah was upgraded to be a faculty,
namely the Department of Dakwah under the Faculty of Usuluddin when the status of ‘college’ (PTAIN) being upgraded and transformed into the Institute of State Islamic Religion in 1960. In the same case, the Faculty of Dakwah was established at the Institute of State Islamic Religion Ar-Raniry (IAIN Ar-Raniry), Banda Acheh in 1968. This establishment was based on the Decree of the Minister of Religious Affairs (SK MENAG), number 153/1968.
Since then, the academic community at IAIN in Indonesia has conducted serial scientific meetings to review the syllabus of Islamic sciences, until sometime in 1982 the Islamic dakwah is recognized as an important part of Islamic sciences in Indonesia. It was based on the Decree number 97/1982 MENAG Republic of Indonesia on Curriculum and Syllabus for IAIN including the Faculty of Dakwah, reinforced later by the Decree number 110/1982 Minister of Religious Affairs (MENAG) who has obtained a referral recommendation from the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) (Bimbaga Islam 1995: 27-40).
The curriculum at the Faculty of Dakwah at the Institute of State Islamic Religion (IAIN) and also at the State Islamic University (UIN) in Indonesia today is based on the curriculum that was done and set up in 1995, which was established by the National Curriculum by the Decree no. 383/1995 MENAG  and enhanced with Decree no. 383/1997 MENAG.
Since then, the Faculty of Dakwah formally has three departments, namely Department of Islamic Communication and Broadcasting (KPI), majoring in Islamic Guidance and Counseling (BPI), Department of Islamic Community Development (PMI) and Department of Dakwah Management (MD). (Sulton 2003: 24-25).
From the discussion above, it could be said that the meaning of dakwah is not only as an invitation, but also an action. This approach is formulated by Moch. Ali Aziz, where dakwah is actually an active process, starting with persuasive and comprehensive transmission (tabligh), announcement of glad tidings  (tabsyir), warning by bad message (tandhir) and commanding good and forbidding bad (amar makruf nahi munkar) (Aziz 2009: 41).
Based on his view on dakwah, he obviously tries to harmoniously combine the term of dakwah as stated in Quranic verses and the Traditions of the Prophet (PBUH) with the science of dakwah as an empirical scientific study. Some definitions of dakwah above according to Moch. Ali Aziz emphasizing that the dakwah is not only as a social reality, but more important is to activate the dakwah to be functional approach rather than substantial of religion. Functional approach to empirically assess the mission to answer the question:  “How can Islam be accepted and realized by human beings, both personally and socially.” Therefore, dakwah studies are often to be focused on aspects of  methods, techniques, and medium in order to fulfill their goals and objectives (Aziz 2009: 57).
With such a narrow scope, the object of dakwah study is no longer in wide and global in its meaning, while it being a separate discipline in practice. However, the aim of it is actually to bring the dakwah to be a manageable and accessible to the global and practical in reality.




Daftar Pustaka :

Suhaimi. (2012). Dakwah and communication programmes in tertiary higher education in indonesia: A brief Survey/Program dakwah dan komunikasi dalam pendidikan tinggi di indonesia: Satu tinjauan ringkas. Islamiyyat, 34, 145-149. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1319242960?accountid=25704

0 komentar: