ARTIKEL RELIGION
ISLAMIC DAKWAH
MATA KULIAH ANTROPOLOGI SOSIAL
Oleh
:
MOHAMMAD ZAINUL MIFTA (13010034083)
PLS
2013 B
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
DAKWAH ISLAM
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dan diadaptasi ke bahasa
Indonesia, Dakwah yang
berarti panggilan ,
permintaan ,
mohon perlindungan , harapan , doa dan cinta kepada Allah Mahakuasa (
Khumais 1998: 1 ) .
Dakwah kata
dasar dengan berbagai
turunan yang disebutkan dalam Al-Qur'an
sebanyak 212 kali ( Abd al- Baqi : 154-160 ) .
sebanyak 212 kali ( Abd al- Baqi : 154-160 ) .
Ibn Taimiyah menjelaskan " da'watul Islam" secara
operasional
sebagai
instruksi kepada perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah dan tindakan yang dilarang oleh Allah. Memahami
terminologi yang diajukan dalam Dakwah Islam al- Barghuts menyimpulkan
bahwa apa yang
dimaksud dengan
Dakwah Islam ialah memerintahkan
orang-orang untuk
memeluk Islam
dan berjuang untuk dia dan mencintai. ( Barghuts 1996: 67 ).
Dalam sejarah Islam di Indonesia , karena dakwah Islam
awal didefinisikan sebagai 'undangan, 'sampai akhirnya Hamka
menulis sebuah artikel berjudul ' Dawatulislam ' yang
diterbitkan secara serial di majalah Gema Islam ( No. 4 dan 5 TI , 1962 ) . Menurut K. Mahmud Effendi
, pesan Islam bukan hanya undangan , tetapi dakwah Islam mencakup kata-kata dan perbuatan (
Qawlun wa amalun
) ( Rahardjo 1999:
158-159 ).
Subyek dakwah dipelajari secara sistematis ketika
Departemen Dakwah secara resmi didirikan di Fakultas Usuluddin , al- Azhar University,
Mesir pada tahun 1942 . Sementara di Indonesia, Dakwah Islam
diakui sebagai bagian dari Studi Islam ketika pertama kali ditawarkan di Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri
( PTAIN) pada tahun 1950 , maka program dakwah
ditingkatkan menjadi Fakultas, yaitu Departemen Dakwah Fakultas Usuluddin ketika
( PTAIN)
ditingkatkan
dan diubah menjadi Institut Agama Islam Negeri pada tahun 1960 . Dalam kasus yang
sama, Fakultas Dakwah
didirikan di Institut
Agama Islam Negeri
Ar -Raniry ( IAIN Ar -Raniry ), Banda Aceh pada tahun 1968.
Pendirian ini didasarkan Surat Keputusan
Menteri Agama ( SK
Menag ) , nomor
153/1968 .
Sejak itu,
komunitas akademik di IAIN di Indonesia telah melakukan pertemuan ilmiah untuk meninjau
silabus ilmu-ilmu Islam , sampai sekitar tahun 1982 dakwah Islam diakui sebagai bagian
penting dari ilmu-ilmu Islam di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada jumlah SK 97/1982 Menag Republik Indonesia pada Kurikulum dan Silabus untuk IAIN
termasuk Fakultas Dakwah, diperkuat kemudian dengan jumlah SK 110/1982 Menteri Urusan Agama (
Menag ) yang telah memperoleh rekomendasi rujukan dari ( LIPI ) ( Lembaga Islam 1995:
27-40).
Kurikulum di
Fakultas Dakwah di
Institut Agama
Islam Negeri ( IAIN ) dan juga di Universitas Islam Negeri ( UIN ) di Indonesia saat ini didasarkan pada
kurikulum yang telah dilakukan dan ditetapkan pada tahun 1995
, yang didirikan oleh National Kurikulum dengan Keputusan no . 383/1995 Menag dan
ditingkatkan dengan Surat Keputusan no . 383/1997 Menag. Sejak saat itu,
Fakultas Dakwah secara resmi memiliki tiga departemen , yaitu Departemen Islam Komunikasi dan
Penyiaran
( KPI ) , Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam ( BKI ), Departemen Pengembangan
Masyarakat
Islam ( DPMI ) dan Jurusan
Manajemen Dakwah (MD). ( Sulton 2003 : 24-25 ).
Dari uraian di atas , dapat dikatakan bahwa makna dakwah
tidak hanya sebagai undangan, tetapi juga suatu tindakan. Pendekatan ini dirumuskan
oleh Moch . Ali
Aziz, dimana dakwah sebenarnya proses aktif, dimulai dengan persuasif dan
komprehensif
transmisi
(tabligh), pengumuman kabar gembira (tabsyir), peringatan melalui pesan buruk (tandhir) dan memerintahkan
yang baik dan melarang yang buruk ( amar makruf nahi munkar ) (
Aziz 2009: 41 ). Berdasarkan pandangan pada dakwah, ia
jelas mencoba untuk menggabungkan harmonis istilah dakwah
sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat Alquran dan Tradisi Nabi (
saw ) dengan ilmu
dari dakwah sebagai
studi ilmiah empiris.
Beberapa definisi dakwah di atas menurut untuk Moch. Ali
Aziz menekankan bahwa dakwah adalah tidak hanya sebagai realitas sosial , tetapi yang lebih
penting adalah untuk
mengaktifkan
dakwah untuk menjadi pendekatan fungsional lebih daripada
substansial agama. Pendekatan fungsional untuk empiris menilai
misi untuk menjawab pertanyaan :
"
Bagaimana bisa Islam dapat diterima dan direalisasikan oleh manusia makhluk , baik
secara pribadi maupun sosial . "Oleh karena itu, Studi dakwah
sering difokuskan pada aspek metode, teknik, dan menengah dalam rangka memenuhi tujuan mereka (
Aziz 2009: 57 ) .
ISLAMIC DAKWAH
The word dakwah comes from Arabic and
adapted into the Indonesian language as dakwah that means a call, request, beg
protection, hope, prayer and love to God
Almighty (Khumais 1998: 1). The basic
word dakwah with various derivatives mentioned in the Quran as much as 212
times (Abd al-Baqi: 154-160).
Ibn Taymiyyah explained “da‘watul Islam”
operationally as instructions to the good works commanded by God and the
prevention of acts that God forbade it. Understanding the terminology put
forward Islamic dakwah, al-Barghuts concludes that what is meant by Islamic
dakwah is commanding people to embrace Islam and fighting for him and loving
him Bab 15.indd 145 8/9/2012 2:36:02 PM 146
Islamiyyat 34 with all the prescribed
means and methods possible (Barghuts 1996: 67).
In the history of Islam in Indonesia,
since the initial Islamic dakwah is defined as ‘invitation,’ until finally
Hamka wrote an article entitled ‘Dawatulislam’ which was published serially in
the magazine Gema Islam (No. 4 and 5 TI, 1962). According to K. Mahmud Effendi,
the message of Islam is not merely an invitation, but the Islamic dakwah
includes words and deeds (qawlun wa amalun) (Rahardjo 1999:
158-159).
The subjects of dakwah were studied
systematically when the Department of Dakwah was officially established at the
Faculty of Usuluddin, al-Azhar University, Egypt in 1942. While in Indonesia,
the Islamic dakwah is recognized as a part of Islamic studies when it was
firstly offered at the State Islamic Higher Education (PTAIN) in 1950, then the
programme of dakwah was upgraded to be a faculty,
namely the Department of Dakwah under
the Faculty of Usuluddin when the status of ‘college’ (PTAIN) being upgraded
and transformed into the Institute of State Islamic Religion in 1960. In the
same case, the Faculty of Dakwah was established at the Institute of State
Islamic Religion Ar-Raniry (IAIN Ar-Raniry), Banda Acheh in 1968. This
establishment was based on the Decree of the Minister of Religious Affairs (SK MENAG),
number 153/1968.
Since then, the academic community at
IAIN in Indonesia has conducted serial scientific meetings to review the
syllabus of Islamic sciences, until sometime in 1982 the Islamic dakwah is
recognized as an important part of Islamic sciences in Indonesia. It was based
on the Decree number 97/1982 MENAG Republic of Indonesia on Curriculum and
Syllabus for IAIN including the Faculty of Dakwah, reinforced later by the
Decree number 110/1982 Minister of Religious Affairs (MENAG) who has obtained a
referral recommendation from the Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
(Bimbaga Islam 1995: 27-40).
The curriculum at the Faculty of Dakwah
at the Institute of State Islamic Religion (IAIN) and also at the State Islamic
University (UIN) in Indonesia today is based on the curriculum that was done
and set up in 1995, which was established by the National Curriculum by the
Decree no. 383/1995 MENAG and enhanced
with Decree no. 383/1997 MENAG.
Since then, the Faculty of Dakwah
formally has three departments, namely Department of Islamic Communication and
Broadcasting (KPI), majoring in Islamic Guidance and Counseling (BPI),
Department of Islamic Community Development (PMI) and Department of Dakwah
Management (MD). (Sulton 2003: 24-25).
From the discussion above, it could be
said that the meaning of dakwah is not only as an invitation, but also an
action. This approach is formulated by Moch. Ali Aziz, where dakwah is actually
an active process, starting with persuasive and comprehensive transmission
(tabligh), announcement of glad tidings (tabsyir),
warning by bad message (tandhir) and commanding good and forbidding bad (amar
makruf nahi munkar) (Aziz 2009: 41).
Based on his view on dakwah, he
obviously tries to harmoniously combine the term of dakwah as stated in Quranic
verses and the Traditions of the Prophet (PBUH) with the science of dakwah as
an empirical scientific study. Some definitions of dakwah above according to
Moch. Ali Aziz emphasizing that the dakwah is not only as a social reality, but
more important is to activate the dakwah to be functional approach rather than
substantial of religion. Functional approach to empirically assess the mission
to answer the question: “How can Islam
be accepted and realized by human beings, both personally and socially.”
Therefore, dakwah studies are often to be focused on aspects of methods, techniques, and medium in order to
fulfill their goals and objectives (Aziz 2009: 57).
With such a narrow scope, the object of
dakwah study is no longer in wide and global in its meaning, while it being a
separate discipline in practice. However, the aim of it is actually to bring
the dakwah to be a manageable and accessible to the global and practical in
reality.
Daftar Pustaka :
Suhaimi. (2012). Dakwah and communication
programmes in tertiary higher education in indonesia: A brief Survey/Program
dakwah dan komunikasi dalam pendidikan tinggi di indonesia: Satu tinjauan
ringkas. Islamiyyat, 34, 145-149. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1319242960?accountid=25704
0 komentar:
Post a Comment